TWOSHOT – BECAUSE I FEEL YOU 2[END]

BIFY END

Tittle : Because I Feel You 2/END
Genre : Romance, Hurt,a little comedy
Length : Twoshot
Rated : PG 17+
Main cast : Kyuhyun ❤ Sooyoung
Author : Fatminho

Disclaimer :

THIS PLOT IS REALLY MAIN! Don’t Bash or Copas without permission! NOT FOR PLAGIATORS!

Note :

Anyeonghaseo…
I’m back again. Nice to meet you reader_deul \(^,*)/
Gomawo banget sudah membaca, mengomentari, bahkan menyukai, karya
ff-ku yang berstandar datar ini. Hehe, maklum ya, author amatiran gitu… ckckck

yang jelas, dalam cerita ini, aku ingin menciptakan suatu jalan cerita yang terkesan rumit, padahal simple. Maka dari itu, harap maklum jika jadi banyak menebar typo.. oooWooW -_-

yah, dibaca dan di nikmati sajalah.
Eitts… ingat lho, Jangan lupa tinggalkan jejak xan. bukan bagaimana, aq sedih aja, padahal data grafik blog-ku mengatakan ada sekian ratus, bahkan sekian ribu yang membaca, tapi yang give comment hanya puluhan orang saja. hiks… poor author. T_T

well-well-well
author akhiri dulu curcol-nya. Agar tdk memelarkan waktu xan utk membaca,
Geuresso…

_Happy Reading_ 

***

Flashback

Sooyoung tampak mengerjapkan matanya beberapa kali. Padahal masih pukul lima pagi, tapi Ia sudah bangkit dari alam mimpi yang tidak bisa ia jelaskan bagaimana situasi disana. Mimpi yang terkesan indah di awal dan berujung sesak di jalan selanjutnya. Hingga ia merasakan satu hal lagi yang membuatnya begitu merasakan wujud kegelisahan dan ketakutan.

Benar saja, ketika ia mendapatkan sosok namja rupawan di depannya, hatinya langsung berdebum kencang, seolah semua yang ia rasakan di dalam mimpi samarnya itu sangat berkaitan erat dengan namja itu.

Tidak, ia tidak boleh mempermasalahkan semua mimpi anehnya, terlebih lagi ia belum bisa mengingat jelas siapa dan apa saja yang ada di alam mimpinya. Baiklah Soo, mimpi hanya bunga tidur, lupakanlah! Tuturnya dalam hati seraya memejamkan mata sambil menarik nafas sedalam-dalamnya.

Syukur saja, bayangan mimpi itu kian teredam dan menghilang. Kini rasa gelisahanya menghilang sudah. Deruan nafas hangat dari namja yang mendekapnya itu berhasil menghangatkan jiwanya akan kerisauan yang disebabkan oleh mimpinya.

Selanjutnya, yang ia rasakan hanyalah sebuah kenyamanan.
Ya, kenyamanan.

Kenyamanan yang sangat teramat pekat dan terasa luar biasa di hatinya.

“Pantas saja terasa berbeda. Aku baru ingat jika kau mendekapku saat aku terlelap, oppa…” ujar Sooyoung dalam hati.

Ia tersenyum tipis saat memandang wajah tampan dihadapannya. Tangannya terlepas dari lingkar pinggang sang namja yang sudah semalaman ia hinggapi. Kini tangan itu beralih meraba setiap lekuk wajah yang dipandangnya.

“Walau belum ada tanda-tanda akan kembalinya ingatanku, tapi satu hal yang aku rasakan saat ini. Oppa… nan Jongmal Saranghaeo…” gumam Sooyoung selembut mungkin agar tidak mengusik rasa nyenyak disana.

Setelah selesai menggumamkan kalimat itu, jemari Sooyoung telah sampai di ujung bibir tebal namja-nya. Ia melengkungkan bibir tipisnya, membentuk sebuah senyuman cerah dan penuh kebahagian. Entah apa alasannya, ia sangat senang saat menyentuh bibir tebal yang sudah beberapa kali ia curi secara tiba-tiba.

Sooyoung sangat tahu bahwa Kyuhyun takut menciumnya. Jadi, saat ada kesempatan, Sooyoung-lah yang agresif mengecup bibir itu hingga membuat si empunya menegang dan mengomeli perbuatannya.

Ibu jarinya masih menyapu pelan permukaan bibir tebal sang namja. Ia masih tersenyum dan perlahan ia bergumam kembali, “Oppa, apakah diriku ini terlalu berharga untukmu hingga kau selalu menahan diri untuk menciumku?” ia menghela nafasnya sejenak sebelum melanjutkan kegiatannya, “Jangan bangun dulu ya Cho Kyuhyun! Tetaplah terpejam pulas! Aku akan melakukannya, jadi aku harap tidak ada penolakan kali ini. Terserah kau, suka atau tidak, yang jelas, kau harus tetap tidur untuk lima menit kedepan, arraseo?!”

Sooyoung tersenyum jahil dan mulai melingkari tangan kanannya di leher namja yang masih tertidur itu. Dengan segenap keyakinan, ia dekatkan wajahnya ke wajah tampan didepannya. Saat hidungnya menyentuh hidung mancung disana, sunggingan senyum tipis menghiasi bibirnya. “Saranghae Cho Kyuhyun!” bisik Sooyoung, sebelum berakhir dengan mengecup bibir tebal yang ia temukan.

Bibir namja yang saat ini ia yakini sebagai namjachingunya, orang yang ia sayangi, dan tentu saja orang yang sangat ia cintai. Walau ingatannya belum kembali, tapi hatinya sangat-sangat merasakan kenyamanan ketika ia berpikir bahwa namja didepannya itu mencintainya juga.

Tidak, Sooyoung tidak akan melakukan hal yang lebih pada bibir itu. Cukup dengan menempelkan bibirnya saja disana. Ia suka, sangat suka. Dalam hatinya ia bergumam, satu-satunya orang yang ia inginkan untuk hidup bersama sampai kelak nafasnya terhenti adalah seorang Cho Kyuhyun, namja yang sedang ia kuasai, namja baik yang sangat menyayanginya, namja manis yang selalu memahami sifat manjanya, namja gagah yang selalu mengerti akan keinginannya, namja kuat yang selalu menyangga tubuh kurusnya, namja yang ia yakini sebagai seorang yang dicintainya, harus dengan Cho Kyuhyun! tidak dengan yang lain.

Beberapa saat kemudian, Sooyoung segera mengangkat kepalanya untuk menjauh dari sana. Namun, baru beberapa senti jarak yang ia buat, dengan sigap tangan Kyuhyun menarik tengkuk Sooyoung dan membawa tubuh kurus gadis itu tenggelam dalam dekapannya. Mata Kyuhyun masih terpejam, tapi pelukannya terasa begitu erat bagi Sooyoung.

Tercengang, Sooyoung benar-benar kaget dengan hal ini. ia ragu apakah Kyuhyun sedang mengigau atau memang sudah bangun sedari tadi? Baru saja Sooyoung berusaha bangkit, pelukan Kyuhyun semakin erat ditubuhnya. “Jangan kemana-mana. Tetaplah seperti ini sebentar saja. Kau sudah mencuri bibirku lagi, jadi kau harus membayarnya.” Sooyoung tersenyum mendengarnya dan melepas semua ketegangan di dirinya sebelum akhirnya ikut meresapi pelukan hangat Kyuhyun.

Flashback end

“Ada apa Kyu, kau mengenal adikku ini?” tanya Donghae, menyadarkan lamunan Kyuhyun.

Kyuhyun yang mengingat masa indah saat ia berpura-pura tidur itu pun dengan cepat menggelengkan kepala untuk mendapatkan kesadarannya kembali dan menoleh kearah Donghae, “Tidak, hanya perasaan saja. Lebih baik aku keluar dulu, mungkin udara disana bisa menenangkan sedikit pikiranku.” Ujar Kyuhyun seraya melangkah meninggalkan tempat dimana Sooyoung masih bingung menatap tingkahnya.

“Ah, chankaman…!”

Kyuhyun menghentikan langkah dan menoleh kebelakang. Sooyoung berjalan pelan mendekatinya. “Apa kau mengenalku?” tanya Sooyoung.

Kyuhyun tertegun sejenak sebelum akhirnya menggeleng pelan, “Anni. Apa kau merasa kenal denganku?” tanyanya balik. Sooyoung hanya menggeleng pelan dan tak berniat meluruskan hal yang masih mengganjal dihatinya. Namja didepannya ini menyebut namanya, tapi…

Kyuhyun’s POV

Aku bertemu dengannya. Tuhan, apa ini yang dinamakan jodoh? Sudah satu setengah tahun kami tak bertemu, bahkan kini ia melupakan masa-masa saat ia amnesia. Aku bersyukur akan hal itu. Jadi, aku tidak perlu susah payah menahan malu karena sempat mengakui diri sebagai namjachingunya. Aku takut ia akan merasa jijik dengan sikap menipuku itu. “Baiklah, aku keluar dulu” pamitku padanya.

“Aku ikut!” ucapnya dengan cepat lalu berjalan mensejajariku.

Aku menoleh kearahnya sekilas, lalu melanjutkan langkahku. Jangan, jangan sampai ia mendengar suara debaran di jantungku saat ini. huh… kuusap-usap dadaku sembari tetap berjalan kearah taman rumah Donghae yang ada di belakang.

Bodoh! Kenapa kehalaman belakang? Aishh… seharusnya aku jalan ke halaman di depan supaya suasana tetap ramai, tidak seperti disini. Terlebih lagi, kalau dilihat dari keadaan sekitar sini, sepertinya halaman ini tidak digunakan untuk tempat acara. Oh Tuhan… apa yang harus kulakukan?

“Apa benar kau tidak mengenalku? Kau tahu, aku sangat yakin kalau tadi kau menyebut namaku.” Kata Sooyoung yang berhasil mengalihkan perhatian suasana gugupku.

Tidak Cho, kau harus bersikap biasa saja. Jangan sampai ia mencurigaimu terus!

“Bukankah kau sudah mengatakan bahwa kau tidak mengenalku? Lalu kenapa kau sangat ingin tahu tentang aku yang mengenalmu atau tidak?” tanyaku balik seraya melangkah perlahan menyusuri taman belakang yang dikelilingi dengan tanaman bunga ini.

“Apa kau tinggal di Busan?” tanyanya, tidak menjawab pertanyaanku. Aku menoleh sekilas melihatnya dan bergumam menjawabnya. “Apa mungkin kau mengenalku disana?” kini aku mengernyitkan dahi.

“Sudahlah Nona, abaikan saja aku ini. kalau pun kau mengenalku, apa berpengaruh pada hidupmu?” ucapku santai dan kembali berjalan kehadapannya.

“Kau terlalu serius mendengar sapaanku yang tidak kusengaja itu. Kau tahu kenapa aku menyapamu?” kulihat ia menggeleng. Aku tersenyum tipis dan berkata, “Karena Donghae memberi tahuku bahwa ia punya saudara yang sangat cantik, bernama Choi Sooyoung. Wajar saja aku menyapamu dengan suara gumaman aneh karena yang kulihat ternyata yeoja seperti tongkat. Tinggi dan kurus. Hahaha…” candaku untuk mengalihkan semua pikirannya.

Matanya membulat. Hm… sudah lama sekali aku tak melihat ekspresinya itu. Kyeopta!

“YA! jadi kau ingin mengejekku, eoh?” sungutnya penuh kegeraman padaku. Aku hanya menyeringai tak ingin menanggapinya. Wah… ekspresinya benar-benar lucu. “Baiklah! lupakan tentang semua pertanyaanku. Kurasa memang benar, aku tidak mungkin kenal dengan namja menyebalkan seperti dirimu. Tetaplah disini dan jangan mengikutiku masuk!” omelnya.

Tawaku pecah mendengar kalimatnya tadi, “Hei, bukankah tadi kau yang ingin ikut keluar bersamaku? Mengikutimu masuk kedalam? Cih! Kurang kerjaan sekali!” jawabku sekenanya. Sungguh, semua ucapanku tidak ada yang terproses di otak. Selalu to the point.

“Aaahhkkk!!! Kau memang namja menyebalkan!” kesalnya seraya menghentakkan kakinya kuat-kuat untuk segera berlalu meninggalkanku. Namun, seperti ada sesuatu yang ia injak, sontak saja aku melangkah cepat dan menangkap tubuhnya saat hendak terjatuh.

Deg!

Kupeluk dirinya yang nyaris jatuh itu erat-erat. Ku hirup aroma tubuhnya. Sampai kini mataku mulai terpejam. Benar, inilah rasanya saat aku memeluknya dulu. Choi Sooyoung, nan neomu bogoshipeo…

“Hei, apa yang kau lakukan? Kenapa pelukanmu sangat erat, eoh?” kudengar bisikannya ditelingaku. Seketika itu juga mataku membulat dan segera kudorong tubuhnya.

“Ya~ aku ini menolongmu. Bukannya berterimakasih, kau malah berpikir yang tidak-tidak tentangku!”

“Ihk! Aku kan hanya bertanya. Lagian, aku tidak akan nyaris terpleset jika kau tidak membuatku kesal.” Aku tergelak mendengar belaannya sebelum berbalik dan masuk ke dalam kembali.

Choi Sooyoung, kau sangat cantik. Semakin cantik daripada saat bersamaku waktu itu. Kutatap terus sosok Sooyoung hingga ia menghilang dibalik pintu kaca disana. Aku menghela nafas agak berat. Yang kupikirkan saat ini hanya satu hal. Bisakah ia mengingatku kembali?

Kyuhyun’s POV end

***

Acara resepsi pernikahan HaeSica berlangsung dengan lancar. Saat ini para undangan disana tengah menikmati segala cemilan yang tersedia di sekeliling ruangan tersebut sambil berbincang dengan rekan yang mereka kenal.

Di salah satu meja tamu, terlihat Donghae sedang menemani Kyuhyun berbincang. Sedangkan Jessica tengah asik mendengar perbincangan antara suaminya dan temannya tersebut.

“Bagaimana perkembangan Brain’s House yang kau bangun itu?” tanya Donghae.

Kyuhyun meletakkan kembali gelas berisi shirup berwarna hijau bening yang ia pegang itu keatas meja. Ia tersenyum dan menjawab, “Mungkin beberapa periode lagi kami akan membuka cabang di sini.”

“Mwo? Kau serius?” tanya Donghae takjub. Kyuhyun hanya menyunggingkan senyumannya sambil mengangguk. “Jadi, kau sudah siap untuk kembali ke tanah kelahiranmu ini?” Kyuhyun mengangguk lagi sambil menyesap segelas shirup yang ada didalam genggamannya. “Walau kelak kau pasti akan bermasalah lagi dengan keluargamu?”

Kini Kyuhyun menatap lekat wajah Donghae, kemudian ia menghela nafas sejenak lalu menunduk. Beberapa detik kemudian ia mengangkat kepalanya dan berkata, “Apa kau tidak mempercayai akan perubahan dan keberanianku saat ini?” Donghae bungkam, tak tahu apa yang harus ia sanggah disana. “Aku akan melakukan sesuatu yang ku anggap benar. Aku ingin mereka tahu siapa aku saat ini.” senyuman tulus terlihat diwajah Donghae dan Sica bersamaan dengan kalimat yang mereka dengar itu.

“Dan aku percaya, mereka akan tercengang melihat seorang Cho Kyuhyun saat ini.” cetus Sica.

Donghae dan Jessica memang mengenal Kyuhyun sejak lama. Donghae mengenal betul siapa Kyuhyun sejak kelas lima SD. Mereka bersahabat dekat saat wali kelas mengatur tempat duduk mereka menjadi bersebelahan. Donghae yang awalnya pemalu, bersahabat dengan Kyuhyun yang super bandel, akhirnya menjadikan sosok Donghae seorang yang penuh kepercayaan diri seperti saat ini. Maka dari itu, apapun hal negative yang ia dengar tentang Kyuhyun, tetaplah seorang Kyuhyun adalah sosok yang mengagumkan dimata Donghae. Sedangkan Jessica mengenal Kyuhyun sekitar enam tahun yang lalu, saat Donghae ikut menemani Kyuhyun yang sedang tergunjingkan didalam keluarga besarnya. Jadi, Donghae dan Jessica sangat mengenal betul latar belakang seorang Kyuhyun yang saat ini telah menjadi seorang inspirator bagi mereka.

Hanya satu hal yang belum mereka ketahui tentang sahabatnya itu, hati dan cinta Kyuhyun sebenarnya.

***

“Sooyoung-ah… mianhae…”

Mendengar suara itu, pandangan Kyuhyun, Donghae, dan Sica langsung mengarah ke sumbernya. Mereka seketika menegang saat melihat Sooyoung yang sedang dipeluk dari belakang oleh seorang namja.

Terlebih bagi Kyuhyun, hal itu bukan lagi hal yang membuatnya sekadar kaget, tapi ia juga merasakan perih di hatinya, sesak tepat di pernafasannya, dan detakan jantung yang terasa berat semakin mengganggunya.

“Oppa…” gumam Sooyoung pada namja itu yang masih bisa terdengar oleh Kyuhyun, membuat Kyuhyun yang masih duduk di ujung ruangan langsung mengepalkan tangannya kuat-kuat di atas pahanya.

“Mianhae Soo… oppa bisa menjelaskan semuanya…” kata namja yang masih memeluk Sooyoung itu.

Kali ini Jessica bangkit dari duduknya, “Kau mau kemana yeobo?” cegah Donghae yang sudah menahan tangannya. “Aku harus mencegah Sooyoung untuk tidak bersama lagi dengan namja itu!” Donghae menggeleng, “Tidak, jangan ganggu mereka dulu. Kita lihat saja, sampai sejauh mana namja itu berani mengganggu adikku.” Akhirnya Jessica kembali duduk.

“Tapi…”

Kyuhyun bangkit dari duduknya dan menatap kearah Sooyoung, “Biar aku yang mengurusnya,” ucapnya tanpa menoleh kearah dua temannya dan tetap berjalan kearah Sooyoung.

***

Sooyoung’s POV

Aku berusaha melepas tangan Changmin-oppa yang sudah melingkar di perutku. Mengingat kejadian perselingkuhan yang ia lakukan dulu, aku jadi semakin membencinya. Bisa-bisanya ia menghianati kepercayaan yang kuberikan padanya.

“Lepaskan tanganmu oppa!” tegasku sembari mencoba melepaskan tangannya, tapi ia jadi semakin mengeratkannya. “Tolong lepaskan! Kita sudah lama putus, kenapa oppa muncul kembali?” tanyaku dengan geram.

“Oppa mencintaimu Soo…” lirihnya.

Aneh, bahkan aku tidak merasakan debaran seperti dulu lagi saat ia berkata seperti itu. Padahal kalimat itu sangat susah kudengar dulunya. Ya, aku yakin kalau kini aku sudah melupakanmu, Shim Changmin!

“Tidak! Kau harus melepasku!”

“Aku mencintaimu Soo…” ucapnya lagi sambil menenggelamkan wajahnya di tengkukku. Aku merasakan nafas hangatnya. Namun, aku merasa kesal dan risih. Padahal, hal seperti ini sangat aku sukai saat kami masih bersama dulu.

“Tapi aku sudah tidak mencintaimu! Sudahlah! Lepaskan aku!” kataku sambil memberontak.

“Lepaskan dia!”

Mendengar suara itu, pelukan Changmin tidak lagi terasa di perutku, sudah terlepas. Aku menghela nafas dan berbalik kearah suara tadi. Mataku membulat mendapati sosoknya. Cho Kyuhyun!

“Siapa kau? Kenapa kau mengganggu kami?!” tanya Changmin padanya dengan suara sinis.
Kulihat Kyuhyun berjalan mendekati kami.

Ia menatapku dengan pandangan yang kurasa sedang memberikanku sebuah pengertian. Oh, baiklah Kyuhyun-ssi, ku ikuti permainanmu. Gomawo sudah menolongku.

Aku sedikit mengangguk memberi tahunya bahwa aku akan menerima semua yang akan ia lakukan. Kyuhyun langsung meraih pinggangku dan membawaku dalam dekapannya.

“Yeoja ini adalah milikku.”

Deg!

Ya Tuhan, kenapa aku semakin berdegup saat ia mengatakan hal itu. Bahkan aku merasakan wajahku memanas dalam dekapannya kini. Tidak Soo, kau tidak mungkin menyukainya, bukan?

“Siapa yang sebenarnya mengganggu disini, kau atau aku?” ucapnya lagi.

“Cih! Sooyoung mencintaiku! Kau namjanya? Kurasa kau hanya pelampiasan untuknya!” kata Changmin yang berhasil membuatku naik pitam.

Kulepas kedua tanganku yang melingkar di pinggang Kyuhyun. Aku tepat berhadapan dengan mata Changmin. Aku benar-benar tidak habis pikir, kemana Changmin yang dulu ku kenal? Mengapa ia menjadi seorang yang sangat licik seperti ini?

“Aku sudah tidak mencintaimu lagi saat aku melihatmu tidur dengan yeoja itu. Yang aku cintai saat ini adalah namjachinguku!” tegasku sembari merangkul lengan Kyuhyun. “Jaga ucapanmu Shim Changmin-ssi! Aku sangat mencintainya, ia bukanlah pelampiasan untukku!” tambahku masih dengan menatap tajam mata Changmin.

“Katakan kalau semua itu tidak benar. Jebal Soo, oppa mohon, katakan kalau ka-“

“Semua benar! Tidak akan ada kebohongan diantara aku dan namjachinguku!”

Kulihat Changmin mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat. Matanya terpejam sesaat menahan emosi, sebelum akhirnya ia berbalik dan pergi dari hadapanku.

“Apa lenganku begitu nyaman untukmu, Sooyoung-ssi?”

Mendengar kalimat tanya itu, membuatku terkesiap dan langsung melepas tautan tanganku di lengannya. Entahlah, aku juga tidak mengerti, tapi aku merasa ada sesuatu pada lengannya yang membuatku ingin menyentuhnya lagi. Namun, ahhh… andwe! Andwe! Lupakan pikiran anehmu Soo!

Kugelengkan kepala kuat-kuat untuk menyingkirkan pikiran aneh yang menyerukan bahwa aku menyukai Kyuhyun. Ya Tuhan, apa mungkin kali ini aku benar-benar mengalami Love at the first sight?”

“Ada apa denganmu Sooyoung-ssi?” kulihat wajahnya.

Deg!

Aish… aish… Shireo Andwe! Lupakan Soo… Lupakan!!!

“Hei, kau baik-baik saja?” tanyanya lagi dan kali ini sembari menepuk lembut bahuku.

YA!

Sontak aku menjauh lagi dari posisi Kyuhyun. Sooyoung-ah… kenapa kau malah bersikap aneh, sih? Rutuk kesalku pada diriku sendiri.

“Ya! Sooyoung-ssi, wae geurae?” lagi-lagi ia bertanya dan kali ini dengan suara lebih tegas.

Entahlah, aku hanya merasa sebal saja saat ia menyebutkan namaku seperti itu. Hatiku merasa ada sesuatu tentangnya yang aku sendiri tidak tahu itu apa, yang jelas aku tidak suka ia menganggapku asing.

“Annio, nan gwenchana. Ah, gamshamida, kau sudah menolongku.” Ucapku sesopan mungkin sembari menundukkan kepala sekilas padanya. “Kalau begitu, lanjutkanlah menikmati pesta ini. Aku pergi kesana dulu. Sekali lagi, gamshamida, Kyuhyun-ssi…” pamitku sebelum berbalik meninggalkannya.

Sooyoung’s POV end

***

Kyuhyun’s POV

Sebenarnya, ada apa dengan Sooyoung saat ini. kenapa setelah kejadian tadi, sikapnya terhadapku jadi berubah… formal? Ah, lebih tepatnya, ia seperti risih dengan kehadiranku. Benarkah seperti itu? Apa ia merasa ill feel saat tadi aku mengaku sebagai namjachingu-nya?

Sungguh, berpikir pun tidak kulakukan saat melihat kondisi terjebaknya tadi. Dan sialnya, kenapa lagi-lagi aku mengaku sebagai namjanya? Aishh… babo kau kyu! Benar, kurasa Sooyoung sedang merasa aneh dan jijik atas apa yang aku lakukan. Tiba-tiba datang dan mengaku sebagai namjachingu-nya. Lagi?

Karena terlalu fokus terhadap gerak-gerik Sooyoung, aku tak sadar jika para undangan semakin menipis dan nyaris habis. Sudah selesaikah acara ini? apa sudah saatnya aku pergi mencari hotel atau penginapan untuk semalam, dan bersiap kembali ke Busan esok harinya? Molla~ hatiku ingin tetap disini, memandang wajah manis yang sudah satu setengah tahun kurindukan.

“Kau masih ingin memandangi adikku itu, eoh?” bisik Donghae yang berhasil membuatku terperanjat kaget. Apa Donghae sudah memperhatikanku sedari tadi, ya?

“Sudah selesai rupanya. Apa kau tak ingin berduaan bersama istrimu?” tanyaku mengalihkan arah pembicaraan dengan sedikit menggidikkan dagu kearah Jessica yang sedang berdiri tak jauh dari jangkauan pandang kami.

“Dasar kau! Pandai sekali mengalihkan pembicaraan!” sungutnya. Aku hanya terkekeh saja menanggapi ketusan kesalnya tadi.

“Baiklah, aku akan kembali sekarang.”

“Mwo? Kau gila, eoh? Besok saja kau kembali ke Busan. Sekarang, menginaplah disini!”

“Kyuhyun-ah…”

Aku dan Donghae serentak memutar arah pandang ke asal suara tadi. Ommo! Seketika mataku membulat dan tubuhku menegang.

Walau bagaimana pun, aku juga merasakan kerinduan yang teramat dalam pada yeoja yang lebih tua dariku ini.

“Neuna…” gumamku.

“Sepertinya kalian membutuhkan waktu. Aku tinggal dulu.” Kudengar Donghae berkata demikian dan melangkah lebar meninggalkanku setelah menepuk bahuku, memberi dukungan penuh untukku.

“Kyuhyun-ah…” kudengar Neuna-ku melirihkan namaku lagi, lagi, dan lagi, sebelum akhirnya ia berlari kecil lalu memelukku.

Tes…
Tess…
Tesss…

Tetesan air mataku mengalir dikedua ujung mataku. Kubalas pelukannya. Sungguh, sudah lima tahun lebih aku tak bertemu dengannya. padahal, saat hendak pergi dari Seoul, aku sudah berjanji padanya untuk selalu memberi kabar akan posisi dan keadaanku.

“Kau kemana saja, eoh?” tanyanya ditengah isakannya. Ia masih dalam dekapanku. Perlahan kutarik tubuhnya menjauh dan berkata, “Akan kujelaskan nanti. Ceritanya sangat panjang.”

“Hiks… hiks… bogoshipeo Kyunie-ah…” aku tersenyum mendengar pernyataannya itu, membuatku ingin memeluknya lagi dan aku pun melakukannya. kupeluk tubuhnya yang jauh lebih pendek dariku, padahal yang lebih tua dirinya.

Saat hendak melepas pelukan neuna, tak sengaja mataku menangkap sosok Sooyoung yang lagi-lagi memandangku dengan tatapan datar juga ada sarat kan keanehan tentang diriku dimatanya. Sontak kulepas tubuh neuna dan ku ajak berpindah ketempat lain.

“Kyu, jika mau menginap disini, kau bisa langsung meminta penjaga di depan mengantarmu masuk kembali, jika rumah ini sudah tertutup. Sekarang kau harus menjelaskan semuanya pada Ahra-neuna, arra?”

Aku tertawa kecil mendengar nasihat dari si ikan Mokpow itu. Kemudian aku mengangguk.

“Dia akan kuajak menginap di apartment-ku Hae-ya…” jawab Ahra neuna.

“Begitukah?” tanya Donghae, seperti tak yakin akan hal yang ia dengar.

“Akan ku pikirkan sambil melihat sikon. Rumahmu masih menerimaku kapan pun, bukan?”

“Asal kau tak menghubungiku malam ini. Rumahku selalu terbuka untukmu, tapi kau langsung saja hubungi kepala penjaga di depan. Jangan mengganggu malam pertamaku, arraseo!” ancamnya dan kali ini sukses membuatku tertawa. Terlebih kudapati Jessica tiba-tiba melangkah menghampiri Donghae dan mencubit pinggangnya. “Suaramu terlalu memalukan, oppa!” bentak Jessica.

Kyuhyun’s POV end

***

Sooyoung’s POV

Setelah menyaksikan kebahagiaan Sica, kulihat wajahnya semakin cerah. Apa wajahku akan secerah itu juga jika kelak aku menikah dengan namja yang aku cintai, seperti Sica yang mencintai Donghae-oppa?

“Kyuhyun-ah…”

Mendengar lirihan suara yeoja, sontak membuat kepalaku mendongak dan mendapatkan namja menyebalkan itu sedang di peluk oleh seorang yeoja. Jantungku menegang.

Oh Tuhan… kenapa aku jadi sesak melihat yeoja itu begitu dekat dengan Kyuhyun?

Aku melihat ia mendapatkan tatapanku. Ia melepas pelukan itu dan menarik tangan yeoja-nya ketempat lain. Namun, tanpa ia ketahui, ku ikuti kemana mereka pergi.

Aku menyaksikan mereka berpegangan tangan dari balik dinding bertirai merah. Karena tenggelam dalam kecendrungan penuh sesak, kepala yang sempat kutundukkan pun kembali mendongak ketika ku dengar suara yeoja itu berkata, “Dia akan kuajak menginap di apartment-ku Hae-ya…”

YA! apa itu tadi… apa yang sudah kudengar… aaahhkk… kenapa aku merasa tidak rela sih. Apa yeoja itu istrinya? Aishh… Maldo Andwe!

“Begitukah?” kudengar tanggapan oppa.

“Akan ku pikirkan sambil melihat sikon. Rumahmu masih menerimaku kapan pun, bukan?” kudengar suara Kyuhyun lagi. Apa ia akan benar-benar menginap di apartment yeoja itu?

“Sooyoungie!”

Mendengar teguran dari suara Jessica, aku langsung berbalik melihatnya. “Ne Sica, waeyo?” tanyaku setenang mungkin agar ia tak mencurigaiku.

“Kau sedang apa disini?” tanyanya sembari menengok keluar, tempat yang kulihat tadi, sekilas. “Eoh, ternyata nampyeonku dari tadi bersama Kyuhyun.” Ucapnya dengan senyum jahil sebelum akhirnya menatapku kembali dengan tatapan… menerawang, yah, tatapannya bisa dikatakan menerawang mataku. “Apa kau sedang melihat wajah Kyuhyun, eoh?”

Khuk!khuk!khuk!

Sontak aku terbatuk mendengar kalimat tuduhan itu. Ah, anni, sebenarnarnya itu bukan tuduhan sih. Aahh… pokoknya tidak boleh ada yang tahu tentang keanehanku terhadap namja babo itu. “Mwo? Kau gila ya? aku hanya sedang melihat keadaan. Aku takut jika…”

“…Jangan mengganggu malam pertamaku, arraseo!” perkataanku terputus karena suara Donghae-oppa sangat jelas didengar. Apa itu yang ia katakana? Hahaha lihatlah, wajah Sica jadi goguma, lucu sekali. Syukurlah ada yang mengalihkan perhatian Jessica dari tuduhan buruk tadi, tanpa menghiraukanku, ia langsung mengangkat gaun pengantin yang sedikit menjuntai kelantai dan berjalan mendatangi oppa.

Andai tidak ada kejadian tadi, alasan apa yang harus kupakai meyakininya? Syukurlah.

***

Ini sudah pukul satu pagi, tapi kenapa namja itu belum datang juga. Bukankah Donghae-oppa bilang bahwa ia akan kembali atau bisa saja ia menginap di rumah Ahra eoni. Ya, aku tadi menanyakan hal itu pada Haepa dan Sica, menanyakan tentang hubungan yeoja bernama Ahra itu dengan Kyuhyun. Haah, memang itu terdengar aneh, tapi daripada penasaran, lebih baik aku tanyakan saja. Entah kenapa, saat tahu bahwa mereka adalah sepasang kakak-adik, saudara kandung, aku merasa ada hal yang begitu melegakan hatiku.

Gara-gara Shim Changmin itu kau menjadi pabo Choi Sooyoung! Ahhkk… anehnya, kenapa jadi Kyuhyun yang aku inginkan? Bahkan aku merasa was-was jika saja ia benar-benar tak kunjung datang. Aku hanya berjalan bolak-balik sambil sesekali menggigit kuku-kuku jari tanganku. Padahal sudah berapa ahjumma yang bekerja disini menegurku untuk bertanya ‘Mengapa nona masih ada disini?’ dan bodohnya aku yang menjawab ‘sedang menunggu namja pabo’ lucunya lagi, aku tersadar akan kebodohanku saat mendengar kkikikan mereka. aissh… kau memalukan Soo..

“Ekhm!” aku menghentikan aksi bolak-balik badan layaknya setrika yang sedang melicinkan pakaian saat mendengar dehaman seseorang. “Apa aku salah jika menyangka bahwa kau sedang menungguku, Sooyoung-ssi?”

Deg!

Benar, tidak salah lagi, ini suara namja itu. Kubalikkan badanku agar menghadap kearahnya. “Nde? Apa yang kau katakan tadi Tuan Cho? Lalu, apa yang kau lakukan di rumahku semalam ini? oh tidak… bahkan ini sudah bisa dikatakan pagi.”

“Eoh, aku yakin oppa-mu sudah bilang bahwa ia mengijinkanku datang kapan saja asalkan tidak mengganggu malam pertamanya. Bahkan Lee-ahjussi pun mengijinkanku. Apa ada masalah tentang itu, Nona Soo?”

Ia berkata santai sambil berjalan kearahku, mendekat padaku, ommona!!! Aku panik, tapi berusaha terlihat biasa saja, tapi badanku tegang, tapi ekspresiku hanya datar, tapi jantungku mericuh hebat, tapi… ahhh…masih banyak kata tapi yang menggantung, bisa-bisa aku jadi frustasi! ANDWE!!

Duduk. Yah, mungkin dengan duduk bisa menenangkan situasi. Ya, ya, tenang Soo, tenang… Namun, tiba-tiba aku terpekik kembali saat ia menjatuhkan pantatnya tepat disebelahku. Aku menatap kearahnya dan mendapatakan wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku. “Sooyoung-ssi…”

“Emm…” jawabku. Bodoh! Kenapa kujawab dengan gumaman aneh! Harusnya kau dorong tubuhnya yang semakin mendekat itu Soo!

“Bolehkah aku-“

Aku mengangguk sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Aishh… apa lagi kegilaan yang kau buat Soo?! Lihatlah, ia tersenyum jahil penuh kemenangan.

“Gomawo Sooyoung-ssi!” ujarnya senang dan baru kusadari ternyata ia sudah terlelap di pangkuanku. Hei, apa-apaan orang ini!

“YA! minggir kau! Apa yang kau lakukan, eoh?”

“Tidur di pangkuanmu saat aku sudah mendapatkan ijinmu. Bukankah kau sudah mengangguk tadi?”

“Mwo? Ya! bukan itu maksudku. Aku han-“

“Diamlah, kau berisik nona. Aku tahu kau merindukanku. Kepala penjaga yang mengatakannya padaku. Ia bilang bahwa satu-satunya orang yang belum tidur adalah dirimu. Dan hal itu karena kau menungguku. Benarkah?” ucapnya tenang dengan mata terpejam.

Aku hanya bisa melotot kearah bawah, kearah wajahnya, dan dikagetkan saat ia tiba-tiba membuka mata dan mengeluarkan seringaian jail. Cih!

Baiklah, kalau tidak ada yang mau ngalah, maka sampai kapan pun, pembicaraan ini tidak akan pernah berakhir. Aku menghela nafas berat dan menjatuhkan punggungku di sandaran sofa.

Aneh, kenapa kakiku tak memberontak saat ia menggunakannya sebagai bantal. Bahkan, terasa sangat tenang dan lega karena sudah menjadi bantal untuknya. Aishh, ada apa sebenarnya denganku??!

“Baiklah, terserah kau mau bilang apa, yang jelas aku tidak akan pernah menunggumu. kalau pun ia, sudah pasti ada hal penting yang aku inginkan!” ujarku akhirnya setelah memutar otak beberapa kali.

“Apa yang kau inginkan?”

Tanpa basa-basi, aku tersenyum dan menjawab, “Bawa aku pergi ke Busan bersamamu, besok. Eotte?”

Kurasakan tubuhnya menegang seketika. Matanya pun terbuka kembali dan menatapku heran. Apa ada yang salah?

“Wae? Kenapa kau menatapku seaneh itu?”

“Kenapa kau ingin aku membawamu? Ingat ya Sooyoung-ssi, aku tidak mau menjadi tersangka penculikan yeoja aneh sepertimu,-“

“YA! neo! Aishh… jinja! Pabo! Siapa juga yang menyuruhmu berpikir kesana? Maksudku, aku ikut kau ke Busan. Sampai di stasiun disana, mari kita berpisah atau apalah nantinya. Silahkan kau mencari jalanmu dan aku pun harus mencari jalanku. Ada sedikit urusan disana, arraseo?”

Ia terdiam sebentar dan tersenyum. “Baiklah, asal kau mengijinkanku tidur di pangkuanmu malam ini!”

“Baiklah, jika kau yang membayarkan semua biaya akomodasiku besok.” Jawabku asal karena sebenarnya aku memang tidak ingin ia pindah dari pangkuanku. Kulihat lagi senyuman di tengah wajahnya yang… tampan! Ya, ku akui ia sangat tampan.

“Tidak masalah. Berapapun biaya yang kau butuhkan akan aku beri asalkan…” ia menggapai tanganku dan meletakkan di kepalanya, “Kau tepuk lembut dan sesekali mengusapnya dengan tenang sampai aku benar-benar tidur, eotte?” pintanya seraya membuka mata saat aku sedang berpikir.

“Cish! Dasar bocah! Geurae… sekarang tidurlah!”

Akhirnya aku melakukan apa yang ia pinta. Bodohnya lagi, aku tak bisa menolak. Mungkin, jika ia tidak meminta pun aku akan melakukannya. ahhh… apa benar aku terkena benih cinta pada pandangan pertama?

Jujur, baru kali ini kurasakan hal itu. Waktu bersama Changmin, aku harus melakukan pendekatan selama beberapa bulan sebelum akhirnya kami kencan. Namun, keanehan apa yang aku dapat saat ini, di hari pertama aku melihat Kyuhyun, aku sudah merasa dekat, hangat, nyaman, dan selalu ingin melihatnya.

Huhh, debaran jantungku ini, bisakah dipelankan sedikit? Aishh.. ini kelemahan bodoh satu lagi yang menimpaku saat aku melihat Kyuhyun.

Cho Kyuhyun, apa kau benar-benar tidak pernah berhubungan denganku?

Sooyoung’s POV end

***

Keesokan harinya, mereka benar-benar pergi ke Busan bersama. Sayang, dipertengahan jalan Kyuhyun memilih mundur. Saat kereta berhenti di stasiun Busan, ia langsung memisahkan diri dari Sooyoung.

“Baiklah, aku harus pergi sekarang, Nona Choi!” pamitnya yang langsung melarikan diri sebelum Sooyoung sempat menjawab atau berkata apa-apa lagi.

Jelas sekali kelakuan Kyuhyun itu sangat membuat Sooyoung kesal dan bingung. Padahal ia ingin Kyhyun menemaninya. “Namja itu benar-benar tidak punya perasaan! Harusnya ia tanyakan dulu mau kemana sebenarnya dan untuk apa aku datang kesini. Jalan pun aku tak tau. Pabo namja itu, ikh!” oceh kesal Soo sembari menyusuri jalanan kota yang saat ini terasa lumayan dingin. Benar, di Busan akan lebih terasa dingin dibandingkan Seoul.

“Sooyoung ssaem…!” tegur seorang ahjumma. Sooyoung mengangkat kepalanya dan tersenyum bingung. Siapa ahjumma ini, apa aku mengenalnya?

“Nde, nuguya?” tanyaku sopan.

“Ah, ternyata kau melupakanku. Aku ini eomma-nya Aerin, siswa yang kau bombing hingga mendapat prestasi gemilang, dua tahun lalu. Apa kau lupa?”

Sooyoung masih tampak bingung, tapi ia mendapat ide baru. Ia hendak menggunakan ahjumma ini sebagai petunjuk masa-masanya saat ia lupa ingatan dulu. “Eoh, ah… jeosonghamnida, aku tidak bermaksud melupakan anda. Aku hanya…”

Akhirnya Sooyoung menceritakan semua kejadian yang ada pada dirinya dan meminta ahjumma tadi membantunya. Setidaknya, selama di Busan, ia tidak perlu bingung akan tersesat.

***

Selama empat hari Sooyoung mencoba menyusun kembali semua cuplikan kenangan yang pernah ia buat di Busan. Ahjumma itu mengajaknya ke gedung Brain’s House dan menjelaskan pada semua rekan yang juga mengenal Sooyoung. Hyukjae dan Taemin juga membantu Sooyoung dalam hal itu. Setelah mereka menjelaskan bagaimana sosok Sooyoung saat itu, air mata Sooyoung sesekali menetes. Ia tidak merasakan air mata itu menetes dari matanya, tapi tepat dari hatinya. Bagaimana tidak, ia baru tahu, baru sadar, dan baru ingat jika orang yang dicintainya saat kejadian itu adalah sosok Kyuhyun. Dadanya sesak saat Taemin bercerita bahwa Kyuhyun tidak berani menyentuhnya lebih karena namja itu sadar dirinya bukanlah kekasih Sooyoung yang sebenarnya.

Sedikit demi sedikit, bayangan masa lalu itu terasa begitu jelas di otak Sooyoung. Dari ia melihat Changmin selingkuh, ia sedikit depressi dan dibelikan tiket untuk liburan ke Busan, saat ia melihat sebuah mobil melaju cepat dan saat ia bangun, ia tak ingat apa-apa, juga saat ia merasakan kenyamanan di sisi Kyuhyun.

Sooyoung menghapus air matanya dan bertanya, “Kyuhyun-oppa eodiga?”

Eunhyuk dan Taemin hanya bisa menggelengkan kepala. “Terakhir kali ia mengabari kami adalah tiga hari yang lalu, saat ia sudah tiba dari Seoul. Ia juga pesan padaku untuk terus mengatur jalannya Brain’s House sampai ia kembali lagi. Namun, sampai sekarang pun ia belum pernah datang walau sekadar mengecek perkembangan siswa.” Jelas Taemin.

“Yang aku tahu, Kyuhyun pernah bilang bahwa ia menunggu Taeyon-uisa, yang sedang mengikuti pertemuan di Daegu selama dua hari, menunggu di klinik…” seperti mengingat sesuatu, Eunhyuk menggantungkan kalimatnya, “ah, lebih baik aku mengantarmu kesana sekarang!” cetus Hyuk Jae yang merasa bersemangat saat mengetahui perasaan Sooyoung sebenarnya. Ia berpikir Kyuhyun sangat salah jika menyembunyikan masalah masa lalunya ini.

***

Sementara itu, di Klinik Taeyon, ada Kyuhyun yang sedang duduk berhadapan dengan sang dokter, sahabatnya. Ia menceritakan semua yang ia dapatkan.

Taeyon’s POV

“Aku bertemu dengannya. rasanya ingin segera kubawa pulang dan kupeluk seerat mungkin agar ia tak pergi lagi. Ia semakin cantik, manis, dan terlihat begitu dewasa di tengah keanggunannya. Hehe, beda sekali dengan saat ia bersamaku, manja sekali.” Lontar Kyu saat menceritakan semua hal tentang Sooyoung yang ia temukan di Seoul.

“Lalu, kenapa kau datang sendiri, kenapa tidak mengajaknya?” tanyaku.

“Dia ikut denganku, tapi kita pisah di stasiun.” Jawabnya lemas.

“Mwo? Kenapa kau biarkan ia pergi lagi?” tanyaku geram.

Kulihat ia menundukkan kepala setelah merenung sedih. Ia juga tampak mengatur nafas dalam-dalam dan kini ia mengangkat kepalanya kembali. “Ia tidak mengenalku. Ia melupakanku. Ia hanya ikut datang kesini untuk sebuah urusan, entah urusan apa yang ia maksud. Aku sengaja membiarkannya menjauh, Tae. Aku takut ia tahu yang sebenarnya, aku malu jika ia tahu apa tujuanku saat itu, aku malu karena sudah menipunya.” Jelasnya. Perlahan kulihat wajahnya memerah dan yah… matanya mulai berair. Aku jadi takut kalau Kyuhyun bertingkah frustasi layaknya orang tanpa jiwa seperti saat awal ia kehilangan Sooyoung-nya. Bayangkan saja, selama seminggu ia hanya berdiam diri di dalam apartment sambil memeluk boneka besar yang biasanya Sooyoung peluk. Jika saja teman-teman tidak peduli padanya, mungkin ia akan jadi salah satu pasien di rumah sakit jiwa saat ini. Aku tahu bahwa Kyuhyun sangatlah mencintai Sooyoung.

“Aku tak mengerti kenapa ingatannya seperti itu.” Tambahnya.

Aku tersenyum menanggapi kepesimisannya. Kuusap punggung tangannya sesaat untuk memberikan sedikit ketenangan dan kemudian kutatap wajahnya,

“Kau tahu, hal seperti itu pasti akan terjadi pada penderita amnesia. Disaat ingatannya pulih, maka keadaan dimana ia amnesia akan benar-benar tak terbayang lagi dibenak mereka. Namun, biasanya mereka akan dapat mengingatnya, walau sedikit dan perlahan.” Kulihat Kyuhyun mengusap wajahnya agak kasar.

“Eottheoke Tae-ah… aku malu jika ia marah padaku saat ia tahu bahwa saat itu aku sengaja tidak membawanya balik ke Seoul karena aku menyukainya. Aku takut jika ia merasa jijik pada penipu sepertiku. Aku khawatir jika ia berpikir bahwa aku ini adalah seor-“

“Apa serendah itu diriku dimatamu, Kyuhyun-oppa?”

Deg!

Ku lihat mata Kyuhyun membulat dan tubuhnya menegang. Ia tak berani berputar badan untuk melihat orang yang bicara tadi. Yeoja itu… apa ia mengingat semua yang pernah ia lalui bersama Kyunie?

“Sooyoung-ssi…” kudatangi dirinya yang berdiri di ambang pintu sambil tesenyum. Ia membalas senyumanku sekilas dan menatap punggung Kyuhyun tajam. Mungkin ia geram karena bukan Kyuhyun yang mendatanginya, melainkan aku.

Aku mendapatkan sosok Lee Hyuk Jae di belakangnya. Aku segera berjalan kearah namja itu sekadar menyapa dan mencari alasan ringan saja supaya aku bisa meninggalkan dua anak manusia itu di ruangan kerjaku.

“Hyuk Jae-ssi, bisakah kau menemaniku mengobrol di luar?” tak ada jawaban darinya, tapi kudapati ia mengangguk dan tersenyum. Segera kututup ruang kerjaku saat kulihat Sooyoung mulai melangkah pelan mendekati Kyuhyun. Semoga saja mereka berdua bisa menyelesaikan segala perkara diantara mereka dengan baik.

Taeyon’s POV end

***

Sooyoung semakin mendekati Kyuhyun yang masih tetap tak berbalik badan, duduk tegang memunggungi Sooyoung. “Oppa…” lirih Sooyoung yang mulai terisak. Kenapa namja ini tak mau melihatku? Pikirnya. “Kyuhyun-oppa…” sapanya lagi ditengah langkah pelannya mendekati punggung Kyuhyun. Namun, tetap saja yang disapanya hanya diam tak bergeming sama sekali.

***

Kyuhyun’s POV

Aku benar-benar bodoh untuk menjadi seorang namja detik ini. jelas-jelas yeoja yang aku cintai kini datang mendekat, tapi aku tetap terbaku dan menangis tanpa suara di tempatku, tanpa berniat untuk melihat sosoknya yang kini kurasakan semakin melangkah perlahan sambil menyapaku.

PLUK!

Seketika tubuhku menegang saat kurasakan ia menjatuhkan diri di punggungku. Kedua tangannya terlipat diantara leherku. Perlahan, ia pun menundukkan kepalanya dan menempelkan ke pipiku sebelah kanan. Aku mendengar isakannya, tapi tetap saja tubuhku kaku tak bereaksi. Aku terlalu takut untuk menerima keadaannya saat ini.

“Oppa-ah… jangan abaikan aku. Mianhae… mianhae… mianh karena lagi-lagi aku melupakanmu.”

Air mata yang tadi tergenang di kelopak mataku sudah runtuh saat kudengar ia berkata seperti itu. Tidak Soo, saat itu kau tidak melupakanku karena sebenarnya kau tidak mengenalku.

“Oppa-ah… jebal… hiks…hiks…” isakannya semakin pecah.

Aku tidak sanggup lagi menahannya. Baiklah. kupejamkan mataku sembari meraih tangannya yang masih memeluk leherku. Kuhusap lembut dan kurasakan ia mengertakan pelukannya. Leherku pun basah karena air matanya. Setelah merasa yakin, kubuka kedua mataku dan kutarik kedua tangannya yang melingkari leherku sebelum akhirnya kami berhadapan. Tatapannya untukku sangat dalam dan sarat akan kerinduan penuh cinta.

“Oppa, mia-“

Ku hentikan ucapannya dengan mencium dalam bibirnya. Ya, saat ini aku berani mengambil ciumannya karena keadaan saat ini hatinya sama dengan hatiku. Kami benar-benar saling mencintai dalam keadaan sadar, sehat, dan tanpa paksaan apapun.

Kukecup beberapa kali bibir manisnya. Perlahan kukulum lembut penuh kehati-hatian agar bibirnya tetap terasa mulus. Betapa indahnya saat kurasakan balasan darinya. Sesekali kami melepas pautan bibir kami untuk mengambil nafas dan saling menatap dalam mata satu sama lain. Tentu saja setelah itu kami kembali melakukan deep kiss dengan cara yang sama.

Beberapa menit kemudian, kutatap lama wajahnya yang kini sedang tersenyum tipis, lembut, dan terlihat sangat bahagia. Benarkah apa yang aku pikirkan itu?

Kini kurasakan tangannya membelai wajahku. Posisiku masih berdiri didepannya dengan memeluk pinggangnya. “Oppa, ini ciuman pertama kita kan?” aku tergelak mendengar pertanyaan konyolnya, tapi aku balas dengan kekehan kecil.

“Bukankah kau selalu melakukannya padaku waktu itu?” tanyaku yang bermaksud menggodanya. Sekalian melihat ekspresi udang rebus diwajahnya, merah pekat dengan mulut yang dimajukan, pipi di kembungkan, dan mata yang menatapku kesal. Hum, kau ini lucu sekali Nona Choi.

“Itu karena aku menyukaimu, tapi kesal karena kau tak kunjung menciumku.” Jawabnya setelah membuang wajahnya dari pandanganku.

Aku tersenyum dan langsung menarik wajahnya untuk kembali menatapku. Tanpa berpikir dua kali, kukecup singkat bibirnya. 1 kali, 2 kali, 3 kali, lalu kutatap wajahnya yang terlihat sedikit tercengang.

“Mulai sekarang, aku juga akan melakukan hal yang sama denganmu.” Ucapku lembut dan mendapat respon senyuman manis darinya yang kini tengah menggigit bibir bawahnya. Choi Sooyoung, apa saat ini kau sangat malu hingga membuat ekspresi seperti itu didepanku? Aish…

“Kau ingat saat malam hari kau ingin tidur denganku?” tanyaku dan ia mengangguk. “Kau ingat ketika aku sempat berkata apa padamu?” ia diam, mungkin mencoba mengingat kembali. “Aku sempat bilang bahwa kelak, akan ada waktu yang tepat dimana aku bisa menciummu kapanpun, dimanapun, dan sampai kapanpun. Apa kau mengerti kalimat itu?”

Ia terdiam menatapku datar. Namun, tidak lama kemudian senyumannya mengembang kembali dan ia mengecup bibirku singkat, lalu mengangguk dan berkata, “Aku mengerti sekarang. Kau melakukannya karena saat itu aku sedang dalam keadaan amnesia, bukan?” tebakannya tepat, membuatku mengangguk. “Kau tahu oppa, saat itu, aku memang sangat menyayangimu. Orang pertama yang aku lihat saat aku sadar dulu hanya oppa. Aku menyukai kepribadianmu yang dewasa dan lembut padaku.” Ucapnya sembari mengelus lembut pipiku. Kami pun masih saling menatap dalam satu sama lain.

Aku sengaja tak menjawab atau pun sekadar menyanggahnya. Kubiarkan ia menjelaskan semua perasaannya padaku. Aku sangat menantikan moment seperti saat ini. moment dimana aku merasakan perasaannya yang nyata.

“Percaya atau tidak, saat itu aku sangat bahagia mengetahui bahwa kau adalah namjachingu-ku. Walau sedang amnesia, entah kenapa hatiku sangat nyaman ada disampingmu. Bahkan aku ingin selalu bermanja denganmu karena kau terlalu menyibukkan diri dengan semua pekerjaanmu dan kalau pun kau senggang, pasti perhatianmu hanya untuk PSP-mu. Makanya, aku selalu agresif saat itu.” Lanjutnya dengan senyum dan masih menatap kedua mataku. “Geunde… saat aku bertemu denganmu di pernikahan Donghae-oppa, kau selalu membuatku jengkel. Kau bersikap sebagai namja cuek, padahal kau tahu kalau aku tertarik padamu.” Lanjutnya lagi dan kali ini dengan wajah cemberut. “Kenapa kau tidak mengaku bahwa sebenarnya kau memang mengenalku? Dan dengan teganya kau mengejekku dan mengatakan bahwa aku mirip tongkat, tinggi dan kurus. Kau juga mengelak bahwa sebenarnya kau menganggapku… cantik” tambahnya dengan nada sedikit ragu di akhir kalimat.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Kutatap intens wajahnya sebelum akhirnya kutarik tubuh kurusnya kedalam dekapanku.

“Bodoh! Seharusnya kau mengabaikanku saat itu.” Karena sedikit geram, ku eratkan lagi dekapanku. Aku juga merasakan ia membalas dengan erat pula. “Bahkan kau dengan mudahnya membiarkanku terlelap diatas pahamu. Bagaimana jika itu bukan aku? Kau sangat membahayakan dirimu sendiri chagie~…”

Bugh!

Ia memukul punggungku dengan cukup keras. Aku hanya meringis dan melepaskan dekapanku karena ia sedikit mendorong tubuhku. Wajahnya menatapku jengkel.

“Kenapa kau berpikir kesana? Tentu saja kalau itu bukan kau, aku tidak akan memberikan pahaku sebagai tempat kepalanya. Lebih baik kupenggal leher namja itu. Huh! Kenapa kau begitu bodoh, oppa?” tanyanya dengan nada kesal.

Aku yang awalnya ingin tertawa pun langsung tercengang saat ia mengataiku bodoh. “Mwo? Yak! Kenapa aku bodoh?”

“Karena kau selalu berpikir hal konyol yang tidak masuk akal. Itu sama saja kau menganggapku yeoja gampangan.”

Ya! ya! ada apa dengannya, kenapa jadi salah persepsi begini?
Kuraih kedua tangannya agar ia kembali menatapku, tapi tidak ia lakukan.

“Hei, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku hanya takut jika kau akan baik pada semua namja yang mendekatimu.”

Berhasil. Ia kini mentapku, geunde… tatapannya benar-benar menyeramkan. “Pabo! Aku hanya akan melakukannya pada orang yang aku cintai saja!”

“Mwo? Tapi saat itu kau tidak tahu siapa aku. Kau hanya tahu bahwa aku adalah teman Donghae. Iya kan?”

Kulihat ia mendengus. “Pabo! Pabo! Pabo! Pabo! Kenapa jadi semakin ribet, sih? Seharusnya kau bisa menyimpulkan kenapa saat itu aku bersikap seperti itu. Tentu saja karena aku menyukaimu, Kyuhyun-ssi!” tegasnya yang membuatku sedikit bungkam. “Aku sudah merasakannya sejak kau menyapaku ketika Donghae-oppa ingin mengenaliku padamu. Aku sudah menyukaimu saat itu.”

“Bagaimana bisa?” gumamku.

“Karena aku merasakannya oppa. Aku merasakan dirimu dihatiku.”

Ya Tuhan, bagaimana bisa kau memberikan kami hati yang polos, tak peduli keadaan otak di kepala kami dalam keadaan apa pun, hati yang kau berikan tetap berlaku sama. Ingatan boleh hilang, tapi hati tidak akan bisa hilang. Ia tetap merasakan apa yang ia rasakan sebenarnya sekali pun dalam keadaan amnesia.

Lamunanku terhenti saat kurasakan Sooyoung menyeka air mata yang mengalir pelan di wajahku. Kubiarkan ia meneruskannya.

“Kyuhyun-oppa…” sapanya lembut, masih dengan jemarinya yang membelai wajahku.

“Mmm…” aku tak sanggup berkata saking senangnya. Aku takut jika aku bergerak sedikit, maka hal indah yang kurasakan akan menghilang.

“Saranghaeyo…” ucapnya dengan sumringah, membuat tangisanku terselak karena tawa kecil yang hendak kukeluarkan.

Kutangkup tangannya yang masih berada di pipiku. Kupejamkan mataku sesaat untuk menyerapi kehangatan kulit tangannya. Setelah itu kubawa telapak tangannya itu kemulutku, kucium, kuhirup, dan kuhisap sekilas kulit yeoja-ku disana. Terakhir, kutarik tubuhnya. Kupeluk erat, sangat erat. Aku ingin memberitahu bahwa rasa cintaku melebihi rasa cintanya padaku.

“Na-do Chagie~… Na do Saranghae…” ucapku setelah melonggarkan pelukan kami.

Kulihat ia tersenyum manis, sangat cantik. Perlahan wajah kami mendekat layaknya dua kutub magnet yang berlawanan hingga kurasakan bibirnya jatuh dibibirku. Kami berciuman hangat cukup lama. Satu hal yang kurasakan saat ini, Bahagia. Ya, aku sangat bahagia. melebihi apapun.

Kyuhyun’s POV end

***

Sementara itu di luar ruangan Taeyon,

“Aigoo… mereka sangat manis… romantis…” gumam Eunhyuk yang sedang mengintip adegan manis KyuYoung dari lubang kunci pintu.

Taeyon yang sedang duduk sekitar tiga meter di belakangnya, tepat di kursi jaga perawat yang biasanya mendampinginya, menatap kesal tingkah namja yadong didepannya.

“YAK! LEE HYUK JAE! BERHENTILAH MENGINTIP MEREKA!!!” teriaknya.

_END_

Eotthe? apa part end ini kurang panjang?
Sungguh, aku membuatnya hanya dalam dua hari.
Pun mencari mood nulis dimalam hari sebelum terlelap.
Jadi, mianh jika cerita endingnya gaje tulen.
Semoga kalian tetap suka dengan plot yang kubawa dan
tetap setia menunggu tulisanku yang lainnya.

^GHAMSHAMIDAA^

\(^,*)/

95 thoughts on “TWOSHOT – BECAUSE I FEEL YOU 2[END]

  1. gk gaje kok thor.. ini pas banget.. apalagi happy ending.. hehe
    yeay kyuyoung bersatu…
    daebakk.. daebakk.. daebakk deh.. hehe
    seruuuu…

  2. Woahh keren bnget thor
    Kyuyoung punya telepati yaa
    Hati mreka bisa saling merasakan
    Sweet bnget kyuyoungnya
    AS yaa thor jeballl (>^ω^<)

  3. Woaaa bagus banget! Feelnya berasa banget.
    Daebakk! 😀
    salut sama soo, dia ga benci sama kyu yg ngakuin soo sbg yeojachingu nya, dia bahkan kesel kyu terkesan nutup2in perasaannya
    so sweet ever kyuyoung! 😀

  4. salag satu tnda sbuah crta berhasil memikat pmbaca adalah ktka pembaca dpat mrasakn scra lngsung apa yg dhdirkan dlm crta. dan saya amat sgt ngerasain romantisnya mereka, 3 kata envy n mupeng

  5. ini sangat keren sangat romantis dan ini sangat membuat orang iri.
    adain donk thor squel atau AS nya…
    *dan kalau bisa nc ya hehe….#otakmesumsepertieunhyukoppa haha 😀
    author daebak :’)

  6. Nah ini dia cerita yg berbobot menurut aku, seperti kata authornya ceritanya rumit tapi sebenernya simpel karna cara pengemasannya yg keren .
    Tapi sebenernya aku lebih dapet gerget dan feelnya di part 1, dipart ini ditengah tengah cerita sempet kehilangan feel nya tapi kebantu dengan ending yg manis banget menurut aku ^^
    Oh ya ngomong ngomong aku yg ngga sadar atau apa, sepertinya authornya belum menjelaskan masalah kyu yg menetap di busan karna apa? Konflik keluarga kan? Tapi apa konfliknya?
    Tapi overall cerita ini cukup memuaskan hihi terus nulis yah thor 👌

    • Wahhh… Gomawo atas support-mu chingu ^,^
      Gomawo juga atas komentar dan kritiknya…
      Gomawo juga karena sudah sadar akan suatu kejanggalan di dalam cerita… hehe mianh…
      Judul ini memang rencananya ku buat after story atau sequel…
      masih proses kok…
      Tunggu ya… 😀

  7. Aaa keren…
    Awal ny rada kurang ngerti…
    Rupanya tu flash back kyu..
    Di bag awal rada kecepatan..
    Tapi pas terakhir bagus bgt..
    Akhirnya soo inget ma kyuppa…
    Bikin after story ny donk..

  8. Astaga kasian taeyon terlantar [d̲̅i̲̅] luar , Ɣªήğ [d̲̅i̲̅] dªlª♏ L̲̅ùƤά̲ ingatan kaya πƴă hahahahaha

  9. omoo kyuppa romantis bangeeeettt.. kkkk~ ..kisah cinta yg sederhana, tp bisa jadi luarbiasa kaya gini.. huaaa eonni, ff mu memang daebak!!!

Leave a reply to DeAnanda Cancel reply