[TWOSHOT](Req ff) – Broken by You – 2END

bby21

Tittle : Broken by You – 2END
Author : Fatminho
Story’s Idea by : Fia
Genre : Married Life, Sad, Romance, a little Comady.
Length : Twoshot
Rated : PG 17
Main cast : Cho Kyuhyun – Choi Sooyoung

Disclaimer : This plot is main.

Note :

I’m stuck!

So, please enjoy your reading, guys….

***

    Prolog:
    “Andai Tuhan memberikanku kesempatan tuk menebus sakit itu, akan kuserahkan segalanya untukmu. Nyawa sekali pun”

***_***

Sebelumnya…

“Kalau kau tak mengakuinya, terserah. Namun, satu hal yang harus kau tahu, aku hanya tidur dengan satu pria, yaitu kau! Walau dalam keadaan tak sadar! Satu hal lagi yang ingin ku tegaskan padamu, Tuan Cho Kyuhyun yang terhormat: AKU BUKAN NONA MURAHAN SEPERTI APA YANG KAU KATAKAN TADI!!!! ARRRAAASEOOO….!!!” jerit histeris Sooyoung di akhir kalimatnya.

Dia benar-benar marah. Muak. Dia muak dengan kenyataan yang harus di hadapinya. Dia sakit. Sangat sakit. Ya, tepat direlung hati dan jiwanya. Disana terasa sangat perihhh…. suami yang dia cintai selama tiga bulan ini, di usia empat bulan pernikahannya, menyebutnya sebagai ‘yeoja murahan’.

Adakah hal yang lebih menyakitkan selain itu??

Sooyoung terus berlari dengan segenap kekuatannya. Dia tak peduli orang-orang melihatnya aneh karena berlari sambil menangis. Terserah kearah mana dia akan melangkah. Yang jelas, dia tak ingin berada di apartment atau pun sekitarnya. Dia tak ingin melihat sosok namja itu lagi. Dia pastikan hatinya remuk tak berbentuk jika dia melihat namja itu lagi.

“AKU MEMBENCIMUUUUUUUUU NAPPEUN!!!!!!!!” jeritnya saat sampai di daratan sungai Han, yang sore ini terlihat agak sepi.

Setelah itu pandangannya memburam dan kakinya pun lemas, tak kuat menyangga tubuhnya, terkulai jatuh dan entahlah… dia tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa perih di relung hatinya. Satu yang dia putuskan terakhir kali untuk dirinya, mulai saat ini dia sangat membenci namja yang dicintainya itu.

_***_***_

Sooyoung terbangun dengan pandangan yang masih agak buram. Dia kerjapkan beberapa kali kelopak matanya untuk mendapatkan penglihatan normal lagi. Setelah dia bisa mendapatkannya, kedua mata itu langsung menyusuri setiap titik dalam ruangan yang kini dia tempati. Dinding berwarna biru muda pekat, wallpaper di pertengahan atas bercorak abstrak-berwarna metalik abu, langit-langit berwarna putih, dan segala benda yang ada di ruangan itu. Asing. Baru kali ini dilihatnya benda-benda tersebut. Satu yang ada di otaknya: dimana ini?

Cklek!

Pandangan Soo langsung beralih kearah pintu yang baru saja terbuka. Disana telah berdiri seorang wanita yang seumuran dengan kakaknya.

“Maaf, apa saya mengganggu istirahatmu?” tanya wanita tersebut. Sooyoung tersenyum sambil mencoba untuk duduk. “Tidak sama sekali.” Jawab Soo. Ternyata bukan sekedar benda-benda disitu saja yang asing baginya, wanita yang sudah berdiri didepannya pun berstatus ‘asing’. “Anda siapa? Dan sebenarnya saat ini aku dimana?” tanya Soo lagi.

Wanita itu tersenyum dan akhirnya memutuskan untuk duduk di ujung ranjang, tepat didekat kedua kaki Sooyoung ditelunjurkan sehingga dia bisa menatap wajah Sooyoung dengan lebih jelas. “Aku melihatmu pingsan di daratan Sungai Han. Jadi, aku membawamu ke rumahku. Sekarang, bagaimana keadaanmu? Apa ada yang sakit?”

“Hem… sebelumnya aku sangat berterimakasih padamu yang sudah menolongku. Aku sudah membaik saat ini. Mungkin hanya kepalaku saja yang masih agak pusing.” Jawab Soo sembari mengelus bagian belakang kepalanya.

“Tentu saja. Kau ini mengalami depressi yang sangat tinggi. Tekanan darah pun tak normal. Awalnya aku hanya curiga, tapi berkat adanya suamiku, ternyata dugaanku benar. Dia menjelaskan padaku bahwa kau sedang hamil. Aku senang ternyata yang aku tolong adalah salah satu orang yang ditangani suamiku.”

Kerutan langsung tercipta di dahi Sooyoung. Dia tak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita itu barusan. “Suamimu?” wanita itu mengangguk.

“Ya, suamiku, Song Wonbin”

Sooyoung agak kaget dan juga tak percaya. “Wonbin-oppa?” wanita itu mengangguk.

“Perkenalkan, namaku Yoon So-Eun. Aku istri dari Song Wonbin, dokter yang menanganimu,” jelasnya dengan menjulurkan tangan kanan kepada Sooyoung. Tangan itu seketika disambut hangat oleh Soo.

“Aku tak menyangka bisa bertemu dengan istrinya. Ini kali pertamanya kudengar masalah istrinya. selama ini dia tak pernah memberitahuku tentang itu.”

“Hahaha, iya, pernikahan kami memang tidak banyak yang tahu.”

“Lalu, dimana sekarang suamimu?”

“Eoh, sekarang dia mendapat tugas malam. Makanya, saat aku mengetahui kalau kau adalah salah satu orang yang ditanganinya sekaligus teman dekatnya, aku jadi merasa senang karena mala mini aku tak perlu sendiri di rumah.” Jelas So-Eun dengan wajah bahagianya. “Astaga, aku sampai lupa. Sooyoung-ssi, apa kau ingin mengabari keluargamu? Saat aku menolongmu, kau memang tak membawa tas atau pun handphone. Jadi aku tak tahu harus mengabari siapa.”

Sooyoung tertunduk sedih mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Namun beberapa detik kemudian, dia mengangkat kembali pandangannya dan tersenyum melihat wajah So-Eun. “Aku ingin pergi ke rumah temanku saja. Besok, aku ingin menemuinya. Malam ini, aku mau menginap disini, boleh?”

So-Eun tersenyum lebar sambil bergerak lebih mendekati Sooyoung. “Oh, tentu saja Sooyoung-ssi, kau boleh menginap disini. Malam ini atau kapan pun. Aku senang bila ada yang menemaniku.” Ucapnya. “Tapi, bagaimana dengan keluargamu? Suamimu?” tanyanya.

“Aku akan menghubungi mereka saat aku sudah ada di tempat temanku.”

“Baiklah. kalau begitu, ayo kita makan malam dulu. Oppa menyuruhku memaksamu makan, lalu minum obat yang sudah dia tinggalkan.”

Sekali lagi Sooyoung tersenyum atas keramahan yang dia dapat dari istri Wonbin. “Ya, gamshamida, So-Eun-ssi…”

“Cheonmanaeyo. Geurae, kau tunggu sebentar saja, aku akan mengambilkan makan malam dan juga obatmu.”

Dilain tempat, di apartment Kyuhyun, terlihat sosok yeoja yang sedang mengeluh dan mendengus melihat sosok namja didepannya. Ya, sedari tadi Victoria menunggu respon Kyuhyun untuk berbicara, tapi lelaki itu tetap diam dan asyik dengan wine yang dinikmatinya. Sedangkan keberadaan Victoria didekatnya selalu diabaikan.

“Kyu-ah… ada apa denganmu? Kenapa kau mengacuhkanku? Kenapa kau seperti orang gila begini?” protes Vict untuk kesekian kalinya. Kedua tangannya sudah bergelayut manja di lengan Kyuhyun.

Kyuhyn mendengus kesal dan langsung menepis kasar tangan Vict. “Sebaiknya kau kembali ke habitatmu! Jangan temui aku lagi!” cetusnya.

Wajah Vict seketika muram, merah, dan kaku. Apa yang barusan didengarnya adalah ucapan terkasar yang dia dapat dari seorang Kyuhyun. “Yak! Apa kau sudah terlalu mabuk, eoh? Apa itu tadi, habitat? Habitat kau katakan? Kau pikir aku hewan, hah? Dan lagi, kita sudah tidak bertemu satu bulan lebih! Kau bahkan tak pernah menghubungiku! Sekarang, saat aku datang, kau seenaknya mengabaikanku dan berkata seperti it-“

“STOP! Kau pikir kau siapa? Sekarang silahkan keluar!”

“Mwo??! Maksudmu?”

“Apa perlu aku tunjukkan pintu keluarnya? Dengar ya, sejak satu setengah bulan yang lalu, saat aku mengetahui kebohonganmu, aku sudah tak memiliki perasaan apapun denganmu!” suara Kyuhyun semakin penuh emosi.

“M…maksudmu?”

“Cih! Kau beralasan pemotretan di Amerika, tetapi nyatanya kau sedang melayani suami dan anakmu. Vict… Vict… aku tak menyangka kalau ternyata kau memang sudah berumah tangga. Memiliki suami dan satu anak. Syukur saja aku tak pernah menidurimu sungguhan.”

Victoria malah tersenyum remeh didepan Kyuhyun. Dia berdiri dan bersedekap tangan di dada, “Oho… jadi kau sudah tahu?” Kyuhyun mengangguk ditengah aktifitas minumnya.

“Semuanya!” tegas Kyu setelah meletakkan gelas mungil di atas meja untuk dituangi minuman beralkohol lagi.

“Kalau begitu, acting suara desahan tempo lalu untuk mengerjai anak kecil itu sudah boleh aku bongkar, dong?” kata Vict dengan arogannya seolah ingin mengancam Kyu.

Kyuhyun menyunggingkan senyum meremehkan pada Vict, “Aku bahkan sudah melakukan yang sesungguhnya,” jawabnya santai yang membuat Vict sedikit tercengang.

Akhinya Vict menghirup udara sedalam-dalamnya, lalu dia hembuskan berat. “Baiklah, mulai sekarang kau tak perlu membayarku menjadi aktris bohongan lagi. Mulai sekarang, aku tidak akan menemuimu lagi. Aku tahu kau sudah mencintainya!”

Kyuhyun tersentak saat mendengar ucapan Vict. Dia menatap kedua mata Vict secara dalam. Tanpa dia sadari, gelas mungil berbahan beling ditangannya terjatuh. Prryyannngg! Sungguh, aneh jika Vict yang ada didekatnya tak kaget melihat keadaan temannya saat ini. ya, Kyuhyun hanya terdiam tak bergeming. Pandangan matanya pun kosong.

“Kyuhyun-ah… Kyu… Kyu… kau baik-baik saja? KYU!”

“Soo, kau yakin Kyuhyun melakukan hal itu?” tanya Wobin dengan nada penuh ketidak percayaannya. “Aku tidak percaya kalau dia tidak mengakui calon anaknya sendiri!” tambahnya. Sooyoung masih menangis. So-Eun sudah merangkul Soo kedalam dekapannya. Ya, Sooyoung menceritakan segala yang terjadi pada dirinya dan Kyuhyun.“Lalu, apa keluargamu mengetahuinya?” Sooyoung menggeleng. “Oh, Shittt!”

“Oppa, sudahlah. Kau jangan mengintrogasi Sooyoung-ssi terus. Nanti dia malah tertekan!” ujar So-Eun pada suaminya yang sedang meluapkan emosi. Tangannya masih aktif mengusap lembut lengan dan punggung Sooyoung, berusaha memberikan ketenangan.

Wobin akhirnya menghela nafas dan melepaskan punggung kekarnya di sandaran sofa. Dia tidak habis pikir dengan semua yang menimpa Sooyoung, gadis yang sempat dia cintai. Orang sejahil, seceria, dan sepolos Sooyoung harus mendapatkan masalah seberat ini. Oh Tuhan, adilkah itu?

“Maafkan aku. Tadi aku agak emosi padamu. Sungguh, semua karena aku tak terima dengan apa yang sudah dia lakukan padamu, Soo…”

Sooyoung menggeleng, “Oppa, bisakah oppa mengantarku ke apartment Yuri?” pintanya. Wobin menggangguk, “Kau akan tinggal disana?” tanyanya yang langsung diiyakan oleh Soo. “Baiklah, oppa akan mengantarmu. Dengan satu catatan, selama kau tinggal bersama temanmu, jangan pernah lupa mengecek kondisi calon anakmu. Oppa akan menyruh So-Eun-iie menghubungimu jika kau tak datang untuk mengeceknya, arra?!” titah Wobin.

Kyuhyun’s POV

Aku masih terdiam lemah di atas sofa. Sudah sebulan Sooyoung tak kembali kesini. Tentu saja dia tak kembali, aku sudah membentak dan menolak jabang bayi yang ada di perutnya. Terlebih lagi aku tak sengaja menyebutnya ‘wanita murahan’. Arrgghh! Mau kuacak berapa kali pun rambutku ini, pikiranku tetap diam. Stuck. Tenggelam dalam kenangan pahit yang kulakukan beberapa hari lalu pada Sooyoung.

Aku ingat kejadian saat kami melakukan hal wajar dalam pernikahan ini. Aku tahu Sooyoung dalam keadaan mabuk, tapi aku yakin diriku masih sadar total. Aku tahu itu adalah pertama kalinya untuk Soo. Ya, aku merenggut dirinya. Saat itu aku terlalu terbawa suasana, terlebih aku masih dalam emosi jiwa yang tinggi. Aku emosi karena mengetahui kebohongan Victoria selama ini. Bodohnya lagi, emosiku itu kulimpahkan pada istriku sendiri. Bukankah seharusnya aku melakukannya dengan sepenuh hati?

Sejak saat itu aku merasa bersalah pada Sooyoung. Aku masih ingat suara desahannya, belaian jemarinya dipipiku dan remasan tangannya saat mendekapku. Sensasi terhangat yang pernah kudapatkan. Aku merasakan ada getaran berbeda saat melakukannya bersama Sooyoung. Aku masih ingat semuanya dan kini aku merindukannya.

Satu hal yang membuatku bersikap dingin dan keras padanya: kekasihnya.

Aku melihat dengan kedua mataku sendiri kalau Sooyoung, istriku, memeluk seorang namja. Pelukan yang sangat erat. Bahkan aku merasakan bayangan dekapan eratnya saat malam beberapa hari sebelumnya kami melakukan hal yang lebih.

Flashback

Aku terbangun di pagi hari yang sangat cerah. Bagaimana tidak cerah, tirai kamar belum tertutup sejak tadi malam. Ditambah lagi dengan wajah bersinar didepanku. Tangan kiriku digunakan sebagai bantalnya. Sedangkan tangan kananku langsung kugunakan untuk membelai wajahnya. Pipi gembulnya membuatku terkekeh pelan. Entahlah, aku suka dengan bagian itu. Kukecupi beberapa kali pipi kirinya. Setelah itu kupandangi lagi wajahnya. Yeoja aneh, sembrono, gila, jahil, tidak pernah sopan pada suami, dan suka berteriak tak jelas. Kurasa aku bisa mulai mencintainya detik ini juga. Diluar kenikmatan yang dia berikan semalam, sesungguhnya aku memang sudah menyukainya jauh-jauh hari. Dan setelah kasus pembohongan Vict yang terbongkar kemarin, aku bisa meyakinkan diriku bahwa aku bisa mencintainya.

“Yeobo. Hem… mulai sekarang aku ingin memanggilmu seperti itu” ucapku ditengah aktifitas jemariku mengelus pipi bulatnya. Dalam hati aku berdoa, ‘semoga kita bisa saling mencintai’.

Kecupanku berlanjut ke dahinya, pangkal hidung, dan berlanjut ke bibirnya. Beberapa menit kemudian, kutenggelamkan wajahku ke lekukan lehernya. Benar, aku sangat menyukai aroma manis istriku. Sooyoung-ah, aku menyukaimu.

Sepertinya dia sangat lelah karena semalam aku memang melakukan secara berlebihan. Segala yang ada pada dirinya benar-benar membuatku gila. Aku bersyukur karena aku menjadi orang pertama yang menyetubuhinya. Semoga dia tak pernah melakukan hel itu lagi pada lelaki lain. Kekasihnya? Oh Tuhan, jagalah istriku agar pria yang menjadi kekasihnya itu tak melakukan hal lebih pada istriku ini. kutarik tangannya dan menyusupkan satu persatu jemari lentiknya kedalam mulutku. Kujamah secara hangat jemarinya. Aku ingin suatu saat dia tahu bahwa aku akan mencintainya secara keseluruhan. Terakhir, kekecup punggung tangannya dan sekilas kembali mengecup bibirnya. Kemudian aku memutuskan untuk bangkit dari ranjangku.

Perasaan ini akan aku tunjukkan pada Sooyoung saat dia putus dengan kekasihnya. Namun, sebelum itu, aku akan membatnya lebih sering lagi menemaniku di rumah. Apapun alasannya. Hem, Choi Sooyoung, kegilaan dirimu benar-benar menular kepadaku yang kini menggilaimu.

Senang. Aku senang sekali karena beberapa minggu belakangan ini Sooyoung jarang bertemu dengan kekasihnya. Sesekali dia pulang telat dan kurasa mungkin dia bertemu dengan namja pengganggu rumah tangga orang itu. Oh Tuhan, kenapa sekarang aku begitu cemburu???

Ini minggu ketiga aku merasakan debaran setiap Sooyoung menyentuhku. Seperti sekarang, dia bergelayut manja di lenganku. Terpaksa kuabaikan PSP-ku dan memilih melayani kejahilannya. Aku tahu, dia sengaja bermanja seperti ini agar aku berwajah mesum lagi dan dia akan meninggalkanku sambil tertawa. Kulirik wajah manjanya dan langsung saja kusambar bibirnya.

“YAK!” protesnya yang sudah berdiri sambil mengelap bekas saliva yang aku tinggalkan di bibirnya. Aku? Tentu saja aku sedang menahan tawa sambil mengerjapkan mataku beberapa kali. “Siapa yang menyuruhmu menciumku?!” protesnya lagi dan kini aku tak bisa menahan tawa seperti tadi. Kini tawaku benar-benar pecah. Wajahnya semakin cemberut dan pipi bulatnya semakin menjadi lagi. Aigoo… neomu yeppo!

“Bukannya kau sendiri yang menyerahkan diri?!” balasku.

“Siapa yang menyerahkan diri, eoh?!” aku berdecak mendengar jawabannya. “Kau, siapa lagi!” cetusku. “Aku tidak merasa, tuh?!” aish… masih juga mengelak. Aku beranjak dan berdiri mendekatinya. Setelah tepat dihadapannya, langsung saja kuangkat kedua tanganku dan kedua jempolku mulai menari di bibirnya, memebersihkan yang tadi dia lakukan. Aku sadar wajahnya sangat tegang dengan kedua matanya yang semakin besar itu.

“Soo… aku ingin melakukannya lagi…” bisikku tepat di wajahnya.

“Mwo??!!” jeritnya yang kemudian mendorongku kuat. “WAKTU ITU AKU KHILAFFFF!!!” jerit kerasnya sambil berlari menjauh dariku menuju kamarnya. Aku hanya bisa tertawa sambil memegang perut. Puas mengerjainya. Eoh, mengerjainya?

“Kyuhyun-ssi! Jangan kau bahas kecelakaan tempo lalu, ya. ingat, aku hanya ingin melakukan dengan hatiku! Tentu saja akan kulakukan dengan namjaku! Wekk…” jelasnya yang kemudian menutup pintu kamarnya setelah menjulurkan lidah padaku.

Aku masih tertawa keras, berharap dia mendengarnya. Namun, sebenarnya aku menahan kecewa di hatiku. Kenapa, kenapa dia belum bisa menerimaku? Kenapa dia mau aku melupakan apa yang pernah terjadi antara aku dan dirinya?

Saat kuyakin dia tak keluar kamar lagi, langsung aku beralih masuk kekamarku. Menenggelamkan wajahku dibawah bantal. Aku menangis. Bukan nafsu, lebih dari itu, aku sangat merindukan moment ketika kami melakukannya.

Setelah penolakan malam itu, aku jadi jarang menghabiskan waktu di rumah bersamanya. Bisa dikatakan, aku sedang menjauhinya. Aku menghabiskan waktu di kantor, mengerjakan beberapa proposal tagihan yang sempat kuabaikan. Saat pulang, aku tak melihat sosoknya. Padahal sudah malam. Jarang sekali dia pulang malam melebihi jam sebelas malam begini.

Awalnya aku tidak curiga dengan apa yang dia lakukan semalam ini karena biasanya dia keasyikan jalan-jalan bersama teman-temannya yang kukenal bernama Yuri, Yoona dan Seohyun. Namun, saat hendak membeli sesuatu di supermarket depan, aku tak sengaja melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan didalam mobil. Mereka berpelukan secara erat dan terakhir namja itu mengecup dahi yeojanya. Walau tidak penting bagiku, bahkan mereka terlihat samar, entah mengapa aku ingin tetap berdiri sampai aku bisa melihat sosok mereka. Menit berikutnya, pintu mobil terbuka dan langsung kurasakan darahku mencuat dari ujung kaki sampai ujung kepalaku. Rasanya semua tulangku remuk. Yeoja itu Sooyoung, Choi Sooyoung, istriku, yeoja yang aku tunggu dari tadi, yeoja yang ingin kulihat pertama kali saat aku pulang dari kantor.

Sejak saat itu, aku tak lagi bersikap ramah padanya. Aku akan berkata dengan nada dingin dan selalu bersikap acuh. Yang aku khawatirkan, mereka melakukan hal lebih dari itu. Perkataan yang sempat dijadikan ancaman oleh Sooyoung padaku beberapa hari yang lalu. Apa benar mereka sudah melakukannya? apa itu alasan kenapa akhir-akhir ini dia pulang malam?

Sore ini aku duduk dengan perasaan cemas. Aku harus pergi ke Jeju untuk beberapa hari. Dan aku sedang memikirkan bagaimana cara memberitahu pada Sooyoung sedangkan sikapku padanya seminggu belakangan ini sangat buruk.

“Kyuhyun-ssi…..” kudengar suara jeritannya memanggilku. Tumben sekali, ada apa dnegannya? Bukankah akhir-akhir ini dia juga merasa canggung dnegan sikap dinginku?

“Kyuhyun-ssi…..” teriaknya lagi. Namun aku tetap diam tak menyahutinya. Aku memilih meraih jas kerjaku dan memakainya. Kutekan tombol dial up pada angka ‘0’ untuk menghubungi sekertarisku.

“Setengah jam lagi aku berangkat!” ucapku dan langsung mematikan sambungan.

“Kyuh-“ Soo menghentikan kalimatnya ketika aku sedang memasukkan ponselku kembali. Kulihat dia tersenyum. Aku jadi curiga. Apa ada kabar bahwa dia kembali bermesraan dengan namjanya?

“Ada apa sih? Kau tahu, telingaku hampir pecah mendengar suaramu?!” gusarku. Ya, aku harus tetap bersikap dingin sampai kudengar dia memutuskan namjanya.

“Kyuhyun-ssi… aku… aku…. ekhm! Huh… kenapa jadi tegang sih! Huhuhu… aku sedang….” dia seperti gugup dan aku yakin dia memang gugup.

“YA! katakanlah! Aku harus segera pergi keluar,-“

“Vict menungguku!”, “Aku hamil!” ucapanku yang terakhir ini bersamaan dengan kalimat yang dia sebutkan tadi. ‘aku hamil’ ya, aku tidak salah dengar. Sooyoung hamil? Apakah ini saatnya aku bercerai dengannya?

“Bagaimana bisa kau hamil???” tanyaku sangar. Jujur, sebenarnya aku tak sanggup mendengar jawabannya. Dia akan menjawab bahwa namjanya itu yang menghamilinya. Si Wobin! Cih!

“Sebulan yang lalu… apa kau lupa? Kita..-“

“Hei, nona aneh! Kita hanya melakukannya satu kali!” potongku sekenanya.

“Aku pun melakukannya baru satu kali dan itu kulakukan bersamamu!” suara Soo mulai bergetar. Benarkah? Lalu bagaimana dengan yang dia lakukan bersama namjanya?

“Tidak mungkin! aku sudah punya yeoja! Bukankah saat itu kita berdua sama-sama mabuk dan menginginkan pelampiasan hasrat seksualitas dari birahi kita masing-masing??” jelasku dengan suara agak tinggi.

“Jad… jaddi…” suara Soo mulai bergetar, matanya pun mulai berkaca-kaca. “Kau tidak mengakui benih ini?” lanjutnya sambil menangkup perut datarnya, tempat sang benih akan tumbuh. Tidak Kyu, kau harus berani mengambil resiko. Mungkin dengan ini dia akan bahagia dengan namjanya. Tidak. Aku tidak ingin menjadikan pernikahan ini alasan untuk kau mengandung janin namja lain. Aku tak sanggup mengakuinya.

“Jangankan mengakui, aku bahkan tak percaya. Lalu, bagaimana dengan namjamu yang bernama Wonbin itu? Mana Wonbin-oppa mu itu? Sudah berapa kali dia menidurimu! Aku tidak sudi mengakui bayinya yang kau kandung!”

“Kyu… kau…” tangisan Soo pecah. Mungkin memang sangat menyakitkan, tapi itulah yang aku rasakan saat aku melihatnya dipeluk erat oleh namja lain.

“Ingat, jangan sampai Vict tau hal ini, pasti dia menyalahkanku dan akan pergi dariku. Kau mengerti, nona mu-ra-han!”

PLAKK!!!

Satu tamparan di pipi kiriku berhasil dilayangkan olehnya. Aku juga menyalahkan mulutku yang sealu seenaknya mencuatkan sesuatu. Tamparan tadi tak berasa apa-apa lagi untukku.

“Kalau kau tak mengakuinya, terserah. Namun, satu hal yang harus kau tahu, aku hanya tidur dengan satu pria, yaitu kau! Walau dalam keadaan tak sadar! Satu hal lagi yang ingin ku tegaskan padamu, Tuan Cho Kyuhyun yang terhormat: AKU BUKAN NONA MURAHAN SEPERTI APA YANG KAU KATAKAN TADI!!!! ARRRAAASEOOO….!!!” jerit histeris Sooyoung di akhir kalimatnya sebelum dia berlari pergi meninggalkanku.

Ingin aku kejar, tapi kakiku lemah. Suaraku pun jadi kelu. Sekarang, air mataku tumpah. Aku jatuh meringkuk di lantai, menahan sakit yang aku rasakan. Bodoh! Kalau memang itu anak namjanya, apa salahnya aku mengakui anak tersebut? Bukankah aku mencintainya? Bukankah aku takut kehilangannya?

Flashback end

Mengingat semua kejadian, aku semakin dihantui rasa bersalah dan rindu. Sooyoung-ah… nan neomu bogoshippeo. Kemana aku harus mencarimu?? Gila jika aku menanyakan hal ini pada keluargamu. Jika memang kau pulang, eomma atau abeoji pasti mengabariku. Kau ada dimana, sayang???

Aku mengerang kesal sejenak sebelum akhirnya aku memutuskan meraih jaketku yang ada di atas sofa dan segera pergi ke tempat-tempat yang biasanya Sooyoung datangi. Sungai Han, perpustakaan kampus, butik langganan, toko sepatu langganannya, sampai resto favoritenya. Hasilnya tetap nol besar. Aku tak mendapatkan tanda-tanda keberadaannya.

Kugenggam ponselnya yang dia tinggalkan di kamarnya. Yeoja sembrono! Kalau saja kau tak meninggalkan benda ini, aku tidak akan khawatir mencarimu sampai saat ini.

“Aishh… Yong-ah… kau jangan mengataiku sikshin terus…” samar-samar kudengar suara itu. Ya, aku yakin itu suara Sooyoung.

“Hahaha… dasar duo shikshin!”

“Apa perlu aku saja yang hamil supaya eonni tidak memakan semuanya? Kasihan sekali pelayan di resto tadi. Dia pasti lelah karena ulahmu, eonni!”

Aku yakin, itu Sooyoung, istriku. Dia tertawa bersama ketiga temannya. Tanpa berpikir lagi, segera kuhampiri mereka. Aku berlari dan langsung menarik lengannya. “Soo-ah…” gumamku penuh getaran saat melihat pemilik tangan yang sedang kutarik. Benar, dia benar-benar Sooyoung. Langsung kutarik tubuhnya masuk dalam dekapanku. Dia tegang. “Soo-ah… mianhae…mianhae… aku benar-benar menyesal…”

Dia meronta tanpa suara dan akhirnya aku terjungkal berkat dorongan kerasnya. Aku berdiri dan mencoba meraih tangannya lagi. “Sooyoung… kembalilah… aku-“

“Maaf Tuan, saya tidak mengenal anda. Mulai saat ini, jangan pernah anda mencari atau pun menemu saya!” tegasnya tanpa melihat padaku.

Aku tak terima. Aku mencoba meraihnya lagi, tapi “Cukup Kyuhyun-ssi!! Jangan kau tarik tanganku lagi! Kau tenang saja, keluarga tidak ada yang tahu masalah ini. kau tidak akan kehilangan harta warismu!” ucapnya dengan nada tajam dan dingin. Demi Tuhan. Aku bahkan rela jika kau tampar atau kau jambak sekali pun, asalkan tidak bernada seperti itu padaku.

“Soo-ah, tolong dengarkan aku. Maaf, maafkan aku. Aku sud-“

“CUKUP!!” jeritnya.

Aku sudah meneteskan air mata karenanya. Aku geram. Aku sangat ingin memeluknya di rumah. Namun, apa yang dia pilih, dia pergi meninggalkanku, mengabaikanku.

“Dengar Tuan, jangan pernah kau temui temanku lagi. Kau tahu, selama sebulan ini dia selalu menangis dan tak pernah memiliki gairah hidup? Hari ini adalah hari pertama dia tertawa, tapi semua sirna karena kedatanganmu!” cetus yeoja berambut pendek sebahu. Yeoja itu benar-benar membenciku. Aku tahu dia pasti sangat menyayangi Sooyoung. Bahkan temannya pun lebih bisa menyayanginya daripada aku.

“Jangan ganggu Soo-eonni lagi! Walau kita tak saling kenal secara dekat, tapi aku mohon secara hormat, jangan buat eonni menderita lagi. Mengandung anak di dalam perutnya saja sudah membuatnya frustasi!” ucap yeoja berparas sayu yang kali ini terlihat sangat menakutkan. Dia bicara dengan luapan emosi sebelum akhirnya dia pergi menyusul Sooyoung dan teman sebelumnya tadi.

“Kyuhyun-ssi…” aku menoleh kebelakang ketika kudengar suara memanggilku. Aku kenal, dia Yuri, teman terdekat Sooyoung. “kalau kau benar-benar niat meraih Soo kembali, ubahlah sikap dan prilakumu. Lakukanlah cara yang baik dan lembut untuk meraihnya kembali.”

“Kau mendukungku?” tanyaku antusias karena ucapannya tadi adalah dukungan untukku. Berbeda dengan ucapan dari dua yeoja sebelumnya.

“Tidak. Memangnya kau siapa? Bukankah kau yang membuat Sooyoung menangis? Hem… kurasa kau perlu bercermin dulu. Aku hanya ingin Sooyoung bahagia. Sialnya, dia masih mencintaimu walau dia tak mengatakannya pada kami!”

“Mencintaiku?” tanyaku untuk meyakinkan perkataannya tadi. Apa aku tidak salah dengar, Sooyoung mencintaiku?

“Aku tahu dan paham bagaimana suasana hatinya. Kalau itu salah, berarti aku salah menebaknya. Tapi, apakah itu penting jika ternyata kau…?”

“Aku juga-“

“Cukup! Aku mau menyusul mereka. lakukanlah apa yang kau kira benar.” Ucapnya yang kemudian berlari meninggalkan aku.

Melakukan hal yang benar?

Kyuhyun’s POV end

Sudah dua bulan belakangan ini Kyuhyun selalu mengawasi Sooyoung kemana pun. Dia juga sadar akan perubahan drastis seorang sooyoung. Yeoja itu setelah pisah atap dengan kyuhyun, jadi lebih terlihat manis dan cantik bagi siapapun yg memandangnya, termasuk Kyuhyun. Soo tak pernah mengenakan baju besar lagi. Bahkan memakai celana dan sneakers yg biasa dia pakai juga tidak. Yang dia pakai adalah baju wanita press body atau rok glamour di atas lutut, atau juga dress selutut. Sungguh, yeoja itu semakin hari semakin cantik di mata kyuhyun, hingga membuat Kyuhyun frustasi karena sangat merindukan sosoknya.

Sesekali Kyuhyun memberanikan diri untuk muncul kehadapan Sooyoung dan dengan paksa mendekap yeoja yang sangat dia rindukan itu. Walau selalu mendapat penolakan keras, itu tak masalah, karena dia akan lega jika sudah memeluk yeoja yang dicintainya.

Dia ingin sekali mencium perut yang membesar itu. Namun saat ingin menyentuhnya, Sooyoung selalu menepis tangannya dan berkata, “Ini bukan milikmu!” setelah itu Sooyoung pergi dan Kyuhyun memang tak memiliki alasan lagi untuk mengejarnya.

Saat ini dia ada didepan rumah sakit tempat Sooyoung memeriksa keadaan kandungannya. Awalnya Kyuhyun ingin masuk mengikutinya, tapi sikon tak memungkinkan.

Setelah dua setengah jam dia menunggu di dalam mobil, akhirnya dia melihat Sooyoung keluar dari pintu utama rumah sakit. Wajah yeoja itu terlihat bahagia saat berjalan bersama seorang namja berpakaian dokter dan sorang yeoja yang tak pernah dilihat Kyuhyun sebelumnya.

Kyuhyun sangat menyesal. Seharusnya, dialah yang ada disana mendampingi istrinya. bukan namja itu!

Setelah pertemuan pertamanya didepan resto beberapa bulan lalu, dia jadi sering menghubungi salah satu teman Sooyoung, Yuri. Tentu saja untuk memberikan informasi tentang keadaan Sooyoung. Walau jawaban Yuri selalu ketus, tapi Kyuhyun bisa tetap sabar. Sampai akhirnya dia memberanikan diri menanyakan status hubungan Sooyoung dan Wobin. Tercengang! Mereka hanyalah sahabat dekat sejak SMA dan bahkan hubungan mereka sudah seperti saudara lantara Wobin berteman baik dengan Sojin, kakaknya Sooyoung. “APA KAU SUDAH GILA? TENTU SAJA ANAK DIDALAM PERUT SOOYOUNG ADALAH ANAKMU, KYUHYUN-SSI!” teriakan Yuri di pertemuan ketiga mereka tuntas membuat keseluruhan organ dalam tubuh Kyuhyun tak berfungsi. Didalam pikiran Kyuhyun saat itu hanya satu: Tuhan, cabut saja nyawaku saat ini juga!

“Terima kasih, oppa karena sudah melihat keadaanku dan calon aegy di dalam perutku,” ucap Sooyoung yang membuat kedua manusia disebelahnya tersenyum manis. Wobin mengacak sekilas puncak kepalanya.

“Itu sudah tugasku, Soo…”

“Ne, aku tahu itu. Oh, iya, hari ini, aku mau pulang sendiri saja. Oppa dan eonni, pulanglah berdua.”

“Lho, kenapa begitu, Soo? Jangan sungkan. Bukankah aku memang ingin bersamamu?” protes So-Eun.

Sooyoung tersenyum, “Tidak, bukan itu. Mungkin ini bawaan bayiku. Aku ingin menghirup udara sore yang sangat segar ini. sekalian aku ingin ke toko buku untuk mencari buku pegangan bagi ibu hamil. Hihihi”

“Aish… kalau buku seperti itu, oppa juga punya, Soo!” balas Wobin.

“Itukan punyamu, oppa! Baby-ku ini ingin punya sendiri…!”

Siapapun yang melawan wanita hamil, pasti akan kalah, atau mengalah? Yang jelas jawaban Soo tadi membuat dua manusia itu menghela nafas frustasi. “Baiklah, oppa mengijinkanmu. Geundae… cepat hubungi kami jika terjadi sesuatu, arra?”

Sooyoung mengangguk atas nasihat dokternya. Akhirnya mereka pisah dan Sooyoung tersenyum menyusuri setiap liku jalanan kota Seoul.

Grebb!

Sekujur tubuh Sooyoung menegang saat ada dua tangan kekar yang mendekapnya dari belakang. “Bogoshipeo…” bisik suara pemilik tangan tersebut.

Secara paksa Sooyoung melepas lingkaran tautan tangan kekar di tubuhnya. Dia berbalik dan memandang kesal pada namja didepannya. “Sudah aku katakan, jangan-“

“Sebentar saja. Hanya sebentar. Biarkan aku mendekapmu. Kurasa ini bawaan bayi didalam perutmu. Aku yakin dia anakku.” Ucap Kyuhyun yang masih mendekap Sooyoung. Sementara yeoja itu dia terpaku dalam dekapan namja yang sebenarnya sangat dia rindukan. Namun, jika mengingat masalah saat itu, dimana Kyuhyun menolaknya, dia benar-benar tak bisa memaafkan Kyuhyun.

“Cukup. Aku mual. Harus pergi sekarang juga.” Kata Sooyoung yang langsung berbalik meninggalkan sosok Kyuhyun.

Sampai saat ini, di usia kandungan Sooyoung memasuki bulan keenam, sama sekali tidak ada keluarga yang mengetahuinya. Saat Kyuhyun dihubungi untuk makan malam, namja itu harus menyiapkan alasan palsu untuk meyakini keluarganya.

Sooyoung semakin hari semakin lupa akan siapa dirinya yang sebenarnya. Dia yang ceria hanya akan terlihat di depan teman-temannya, tidak saat dia sendiri. Yuri tak sengaja memergokinya menangis. Hal itu membuat Yuri menyuruh Kyuhyun untuk selalu menjaga Sooyoung dimana pun. Tentu saja, dengan penuh semangat Kyuhyun menyetujuinya. Bagaimana tidak, kali ini Yuri memang benar-benar mendukungnya.

“Soo-ah, kau datang?” gumam Kyu, nyaris tak terdengar. Hari ini Sooyoung menemuinya ke kantor. What a surprise?

Tanpa memandang wajah Kyuhyun, Sooyoung berdiri sambil menyerahkan sebuah map. Saat Kyuhyun terima, kemudian dibacanya, saat itu juga kedua bola mata Kyuhyun memerah dan berair. Air yang tidak sedikit.

“Kau bercanda kan?” tanyanya.

“…” Soo hanya menunduk, tak menjawab.

“Soo-ah, lihat aku! Katakana kalau ini hanya salah satu kejahilanmu saja!”

Kini Sooyoung menggelengkan kepalanya. Sekuat tenaga dia tahan air mata yang ingin keluar dari matanya. Dengan tegas dia berucap, “Sampai anak ini lahir. Setelah itu, kau dan aku tidak lagi terikat. Jangan khawatir. Kau akan bahagia secara lebih leluasa bersama yeojamu.” Lalu Sooyoung pergi meninggalkan Kyuhyun yang tak bergeming sedikit pun. Ini terlalu jauh untuknya. Dia tak mengharapkan keburukan selanjutnya yang akan dia terima adalah surat perceraian dari istrinya. Sungguh, sampai kapan pun, dia tidak rela melepas yeoja yang sudah mendarah daging di pikiran dan hatinya.

Suatu malam, Kyuhyun masuk ke dalam apartment-nya. Dia agak kaget melihat suasana apartment yang sangat bersih dan rapi. Bukankah sudah lama tak dihiraukannya tempat itu?

“Kyuhyun-ah… kau sudah datang?”

“Eomma!”

“Kenapa kau kaget begitu? Kau ini, kenapa tidak bilang kalau Sooyoung sedang hamil? Tapi tidak masalah. Eomma akan sangat menghargai maksud kalian memberi kejutan kepada kami. Eomma tidak akan berkata apapun pada appa atau orangtua Sooyoung. Nanti, saat cucuku lahir, pasti semua akan tercengang dan bersorak bahagia. aigooo…. eomma tak sabar….” celoteh Ny.Cho, ibu Kyuhyun.

“Bagaimana eomma bisa ada di sini? Lalu, password apart-“

“Aduh! Kenapa putra eommma sangat bodoh?! Ini semua karena kau yang tak mau mengantar istrimu ke super market! Tadi eomma melihat dia sedang memilih buah. Kau tega sekali Kyu membiarkan istrimu berbelanja sendiri di usia lima enam bulan kehamilannya! Padahal, semua buah yang dia beli adalah kesukaanmu!”

“Sooyoung membeli buah?”

“Iya, apa kau kaget? Yah, tentu saja karena kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu! Lihatlah, wajahmu jadi kusut dan berantakan begitu!”

Kyuhyun tak sedikit pun menghiraukan ucapan panjang lebar ibunya. Yang saat ini ada di otaknya hanya satu hal: Jadi, Sooyoung ada disini?

“Lalu, mana Sooyoung?”

“Tadi eomma menyuruhnya istirahat setelah membersihkan apartment kalian. Eomma juga heran, kenapa Sooyoung tidak pernah membersihkannya? Jadi, dia langsung sigap membersihkannya. Sedangkan eomma mengatur urusan di dapur.”

“Sooyoung ada di kamar?”

Eoma mengangguk, tapi ekspresinya kini bukan senang atau jengkel, melainkan heran. “Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa aneh begini?”

Kyuhyun menggeleng cepat dan langsung berlari ke kamarnya.

“Sooyoung-ah…” suara Kyuhyun bergetar saat melihat Sooyoung yang tertidur lelap di ranjangnya. Segera Kyuhyun berhambur ke bagian ranjang yang kosong dan segera memeluk istrinya. benar, dia tidak salah, gadis itu memang istrinya. bercerai? Belum, mereka belum bercerai, dan Kyuhyun bersikeras mengganti kata ‘belum’ itu menjadi ‘Tidak Akan’

Ny.Cho yang melihat kekhawatiran di wajah putranya pun tersenyum sejuk. Betapa indahnya dunia jika kita bisa melihat anak dan menantu kita akur, tentram, damai, dan saling mengasihi seperti apa yang dilihatnya saat ini. Kyuhyun mendekap Sooyoung sambil menghusap lembut punggung ramping disana. Tak lupa juga Kyuhyun membelai perut besar Sooyoung. Air mata Ny.Cho menetes kala dia mendengar Kyuhyun berucap pelan pada perut Soo, “Maafkan appa ya, nak. Appa membuatmu lelah.” Kemudian Kyuhyun merunduk dan mengecup perut buncit itu. Tuhan, dari dulu dia ingin melakukannya, tapi baru kali ini dia rasakan. Senang dan bersyukur, itulah yang ada di benak dan hati Kyuhyun saat ini.

Keesokan paginya, Sooyoung terbangun dan dia tidak berani bergerak sedikit pun. Dia tak ingin membangunkan sosok namja yang wajahnya semakin terlihat pucat tersebut. Apakah kini dia akan luluh dengan semua usaha yang dilakukan Kyuhyun?

Entahlah, dia juga tak tahu. Yang jelas, sampai sekarang dia tetap mencintai namja yang masih setia mendekapnya itu. Dalam hati dia bertanya, “Kenapa baru sekarang kau memberikan kehangatanmu padaku, oppa?” lalu dia menangis.

“Sajangnim, akhir-akhir ini wajah anda terlihat sangat cerah. Berbeda dari sebelumnya. Apa ada sesuatu yang indah terjadi?”

Kyuhyun tersenyum kepada sekertarisnya atas pertanyaan tersebut. Ini sudah sore, tapi wajah Kyuhyun masih tetap segar layaknya di pagi hari. Dengan tegas dia tepuk bahu sekertarisnya sambil berkata, “Bukan sesuatu yang indah. Melainkan sesuatu yang ‘Terindah’” kemudian dia berlalu dengan senyum sumringah di wajahnya. Sang sekertaris pun hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.

Kyuhyun’s POV

Wow, apakah wajah bahagiaku terlalu mencolok? Hei, apakah aku salah menunjukkannya pada kalian? Oh My… bahkan sekertaris Jung pun menyadarinya. Well, semua itu memang benar. Aku, Cho Kyuhyun, sangat bahagia.

Ya ya ya, aku tahu kebahagiaanku belum sempurna karena Sooyoung belum kembali padaku. Namun, setelah kejadian pagi hari satu bulan lalu, saat aku nyaris kepergok sedang memandangi wajahnya dan segera berlagak tenang dalam lelapku, saat itu juga kebahagiaanku mencuat.

Flashback

Dia membelai pipiku-rasanya ingin sekali kuraih jemarinya yang ada diwajahku dan tetap menahannya- aku bisa merasakan kehangatannya. Lalu, dia menyisir pelan rambutku yang saat itu memang agak gondrong, dengan jemarinya. Bahkan dia meniup pelan bagian dahiku sampai aku ingin terlelap sungguhan-syukur aku bisa menahan diri-bodoh jika aku tidak menikmati perlakuan manisnya. Baby, apakah kemanisan eomma-mu ini berkat kehadiranmu di perutnya?

Kurasakan dia bergeliat-terpaksa kulepas tanganku yang melingkar di tubuhnya- rasanya aku ingin menariknya kedalam dekapanku. Jangan pergi, itulah harapanku. Namun, detik berikutnya, aku tegang saat dia mengecup dahiku dan terus berlanjut kecupan-kecupan ringan disetiap titik wajahku sampai akhirnya kurasakan bibir manisnya menjamah bibirku. Aku tahu, aku tahu, ya, aku tahu Soo, aku tahu. Ingin rasanya aku menangis saat bibirku merasakan bibirmu hingga kuyakin aku benar-benar mengetahuinya. Ya, aku tahu kau masih mencintaiku.

Namun, aku tak dapat melakukan apapun ketika kau beranjak pergi meninggalkanku.

Soo-ah, kajima…

Flashback end

Setelah hari itu, kami sering bertemu atas permintaan eomma. Walau melalui eomma yang terlanjur mengetahui segalanya dan berasumsi bahwa kami memang sengaja menyembunyikan kehamilan Soo, tapi aku tetap bersyukur karena Tuhan masih mengijinkanku untuk menyentuh istriku, mengecup calon baby kami, dan mampu bersabar dengan segala yang kuhadapi saat ini.

Hah… kenapa aku merasa ini sangat membahagiakan???

Tentu saja, hari ini aku ingin menjemput ‘istriku’ di apartment Yuri. Aku akan menggunakan ‘eomma’ sebagai alasannya. Hihihi… kurasa itu tak masalah, bukan? Aku akan lebih bersyukur lagi jika disana hanya ada Yuri, tidak dengan kedua teman lainnya-Yoona dan Seohyun. Hanya Yuri yang bisa bersikap ramah padaku, sedangkan mereka? hhhhaaahhhh….. bahkan tatapan mata mereka seramnya melebihi Sooyoung. Kadang aku berpikir: seberapa besar rasa sayang mereka kepada Sooyoung? Ck! Hey ladies… ketahuilah bahwa rasa sayangku pada Sooyoung beribu, berjuta, bertriliun, dan ber-apapun dari kalian. Jadi, tatapan setan kalian pun tak aku perhitungkan. Silahkan saja, nona.

Dan hari ini, apakah kalian ada disana? Tunggulah aksiku. Aku akan memeluk, bahkan mencium Sooyoung di hadapan kalian berdua.

Mobil yang kukendarai sudah sampai di pintu utama wilayah apartment Yuri. Baru saja hendak membelokkan arah setir menuju lapangan parkir lantai dua, kulihat sosok Sooyoung berjalan melewati pintu utama. Apa dia ingin sesuatu?

Akhirnya kuputar balik setir mobilku dan bermaksud menyambanginya. Bukankah lebih baik seperti ini? bertemu diluar tanpa harus menghadapi teman-temannya?

Aku tersentak saat mendengar suara klakson mobil. Seketika aku berlari keluar saat sadar jika mobil tersebut mengarah pada Sooyoung. No!

“Soo-ah awasssssssssssssss………….” TTTTTTTttttttttttttttttiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnn

BRAKKK!

Tuhan, inikah yang harus kubayar?

Baiklah, jika memang kau tak mengijinkan aku bersamanya.

Untuk terakhir kalinya:

    Selamatkan nyawa istriku dan calon anakku. Ambil nyawaku sebagai penggantinya.

***

_END_

For Fia:
Sorry lagi ya… alurnya bener-bener nyimpang darimu… huweee T_T (tp intinya tetep sama kan?) Gomawo sudah berpartisipasi di blog-q: Fatminho on Fanfiction.


Need Epilog?

Comment & Like dulu! 😀

. ^^
.

.
.

174 thoughts on “[TWOSHOT](Req ff) – Broken by You – 2END

  1. Kyu nya yg ketabrak? Omona!
    Dari awal sampe akhir ikutan nyesek..
    Kalo bisa kasih sequel..
    Jgan sampe deh kyu nya kenapa2..
    Meskipun kyu nya luar biasa nyebelin.. Kasian soo nya juga 😐

  2. Kyuppa akhirnya sadar klo dy hg mencintai soo..
    Di saat soo pergi…
    N dy jg baru tau klo soo jg mencintai nya..
    Soo ke tabrak?
    Apa Kyuppa selamatin soo?
    Atw mereka ber2 yg tertabrak?

  3. What?? itu yang ketabrak kyu?? andwe!! sekesal – kesalnya ama Kyu jan ampe mati dah. Gue sensi ama FF sad ending kyuyoung u.u

    Tenyata Kyu ama Vic boogan doang MLnya. Kirain beneran. bagus dah boongan. Sumpah emosi baca pas dipart satu.

    Oke next yak. Mudahan Kyu baik – baik aja.

  4. Seperti biasa ff nya selalu nyessek di akhir oart dan sukses membuaat menagis mengharu biru. . . . Hufffffffff
    selalu suka dng ff genre sad romance, dan ff di blog ini sukses menggugah emosiiiiii

  5. Oh noooo,,
    jebal bikin epilognya,,
    itu nasib mreka bertiga gmana,,
    huaaa,,
    kyu udh mau bertobat,, soo juga hatinya udh mulai menghangat kan tor, walaupun secuil,,
    jgn pisahkan mreka bertiga,, andwaeeee

  6. Oh no!!! Kyuppa yg ketabrak? Terus giamana sama youngie eonni dan baby nya? huhuhu.. cerita nya bener2 bikin hari aku sakit hiks 😥

Leave a reply to im viin ah Cancel reply